Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

66 Persen Garam Yodium di Wonosobo Tak Layak Konsumsi

Kompas.com - 10/04/2013, 21:01 WIB
Gregorius Magnus Finesso

Penulis

WONOSOBO, KOMPAS.com - Sebanyak 66 persen garam yodium yang beredar di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah tidak menenuhi syarat konsumsi. Ironisnya, sebagian besar masyarakat tidak mengetahui ciri-ciri dan bahaya garam yodium yang tidak memenuhi standar bagi kesehatan manusia.

Kepala Seksi Distribusi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perindustrian dan Perdagangan Wonosobo, Oman Yanto, Rabu (10/4/2013) mengatakan, hanya 34 persen dari garam yang beredar di Wonosobo memenuhi syarat konsumsi.

"Artinya dibutuhkan gerakan khusus untuk penanganan secara serius. Perlu tim yang menyosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya garam bagai kebutuhan tubuh manusia," jelasnya.

Untuk itu, dia mengapresiasi terbentuknya tim GAKY atau Gangguan Akibat Kekurangan Yodium. Tim tersebut diharapkan mampu megedukasi masyarakat tentang garam yang memenuhi syarat baik dari segi distribusinya maupun keamanan konsumsinya.

Oman menerangkan, garam merupakan senyawa kimia yang komponen utamanya adalah natrium klorida. Garam konsumsi yang beredar di pasaran harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) karena sudah wajib dan harus fortifikasi Yodium dengan kandungan antara 30-80 ppm.

"Adanya tim GAKY harus benar-benar efektif dalam rangka pengawasan peredaran garam yang non standar dan non fortifikasi karena akan merugikan masyarakat," jelasnya.

Dia menjabarkan, bahaya akibat kekurangan yodium akan berdampak pada anatomi tubuh yang kecil atau kretin, menimbulkan gondok dan dapat menyebabkan kurangnya daya pikir seseorang terlebih bagi anak yang memiliki pertumbuhan yang sangat penting. Oleh karena itu, tim harus mampu mengubah pola pikir masyarakat yang mengonsumsi garam asal asin.

Pola pikir seperti ini sangat membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan kesehatan seseorang. Dengan adanya tim tersebut, diharapkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya garam yodium akan semakin meningkat. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com