Bandung, Kompas -
”Masih banyak ditemui saluran yang tak kedap air di sekitar rel kereta api Bandung-Jakarta dan sebaliknya. Itulah yang membuat air mudah melimpas dan menggerus tanah di sekitarnya,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono di Bandung, Senin (8/4).
Ia mencontohkan, saluran air yang tak kedap air di antaranya Stasiun Padalarang-Stasiun Cilame yang longsor pada Minggu siang lalu. Di sekitarnya terdapat saluran air kecil dengan debit
Kondisi tersebut juga terjadi di Kampung Sukasirna, Desa Citeras, Kecamatan Malangbong, Garut. Saluran air dan sawah di atas rel kereta api menyebabkan tanah jadi lebih labil dan mudah bergerak. Longsor sempat mengganggu beberapa jalur keberangkatan kereta api selain mengancam keberadaan Stasiun Bumijaya.
”Masyarakat yang tinggal di sekitar tebing tanah juga perlu diungsikan pada saat musim hujan tiba. Mereka rawan terkena longsor,” lanjutnya.
Akibat longsor di sekitar rel, PT KAI Daerah Operasi II merampungkan perbaikan jalur kereta di Kabupaten Bandung Barat. Dengan perbaikan itu, perjalanan kereta api Jakarta-Bandung yang sempat terhenti kembali beroperasi.
Menurut Manajer Humas Daerah Operasi II Bambang S Prayitno, perbaikan selesai pada Senin dini hari. Rel kereta
”Kereta pertama yang melintas adalah Harina dari Surabaya tujuan Bandung melalui jalur utara, dilanjutkan Argo Parahyangan dari Bandung menuju Jakarta. Kereta lainnya dijalankan secara perlahan,” ujar Bambang.
Di Sukabumi, Jawa Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi berencana memperpanjang status siaga bencana di wilayah tersebut. Hal itu dilakukan karena curah hujan masih tinggi, yang berpotensi terjadinya longsor.
Menurut Usman Susilo, Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi, pemerintah sebelumnya menetapkan status siaga pada 21 Januari hingga 21 April mendatang.