Muaro Jambi, Kompas -
Ketua Kelompok Tani Tunas Baru Timan mengatakan, Kamis (5/4), di Muaro Jambi, mengatakan, banjir mengakibatkan lebih dari 300 kolam yang tersebar di 4 desa meluap. Kerugian petani hampir Rp 2 miliar. Sebagian petani yang kolamnya selamat juga terpaksa panen dini.
”Saat ini sebagian kolam masih dibiarkan kosong karena petani takut banjir akan berulang. Hujan masih kerap turun hingga pekan ini,” kata Timan.
Padahal, daya serap pasar meningkat sejak pembangunan industri hilir filet, Maret lalu. Harga patin di tingkat petani terdongkrak dari Rp 9.000 per kilogram menjadi Rp 11.000 hingga Rp 12.000 per kilogram.
Pabrik tersebut, Indomaguro Tunas Unggul (UPI), merupakan usaha milik Pemerintah Muaro Jambi. Pembangunannya didanai daerah dan pusat. PT UPI telah menghasilkan 3 ton filet patin, dan kapasitas produksi dapat ditingkatkan hingga 5 ton per hari. Menteri Kelautan dan Perikanan akan meresmikan industri hilir itu, Sabtu (6/4).
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jambi Syaifuddin mengatakan, keberadaan industri hilir mendorong tingginya serapan pasar hasil panen patin lokal. ”Itu sebabnya harga terus meningkat,” ujarnya.
Harga patin di pasaran bahkan lebih tinggi dari yang dibeli pihak pabrik. Patin yang dijual ke Pasar Angso Duo seharga Rp 12.000 per kilogram, sedangkan pihak pabrik membeli Rp 11.000. ”Harga beli pabrik lebih rendah karena sudah adanya kesepahaman dan kontrak antara petani dan pabrik mengenai harga,” ujarnya.
Syaifuddin mengatakan, produksi patin di Jambi mencapai 24.827 ton pada 2012 atau naik 20,1 persen dibanding 2011 yang mencapai 19.750 ton. Begitu pula produksi patin pada kerambah meningkat 10,8 persen jadi 13.777 ton pada 2012.
Sementara itu, dua pasar ikan di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, tak berfungsi maksimal. Pasar yang dibangun dengan dana pemerintah itu bahkan tidak beroperasi karena pedagang besar memilih membeli langsung kepada peternak dibandingkan pedagang di pasar.
Kedua pasar ikan yang mangkrak berlokasi di Desa Doho, Kecamatan Dolopo, dan pasar ikan di Desa Kuwu, Kecamatan Balerejo. Sejak diresmikan tahun 2011 dan 2012, pasar ditinggalkan oleh pedagang.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun Lilin Syarifah mengatakan, karena belum berfungsi secara maksimal, sejumlah fasilitas pendukung pasar ikan terpaksa disimpan di kantor. Fasilitas itu, antara lain, seperti lemari pendingin untuk menjaga kualitas ikan tetap segar. ”Freezer atau lemari pendingin kita simpan di kantor dinas tidak ditempatkan di pasar karena tidak ada yang bertanggung jawab,” ujar Lilin.