Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Perkenalkan Subak dan Seni Budaya Bali

Kompas.com - 04/04/2013, 00:59 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com--Peneliti dari mancanegara memperkenalkan organisasi pengairan tradisional bidang pertanian atau Subak, dan seni budaya Bali kepada masyarakat dunia.

"Peneliti itu adalah Miguel Covarrubias, yang juga penulis, pelukis dan antropolog kelahiran Meksiko, yang pernah menetap di Bali, dan menulis buku berjudul ’Island of Bali’ pada 1930, atau 83 tahun lalu," kata Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan buku tentang Bali Island (Pulau Bali) yang ditulis hampir seabad yang lalu itu, isinya masih sangat relevan dan inspiratif bagi pembacanya.

"Untunglah seniman Sunaryo Basuki Ks, guru besar Sastra Inggeris di Universitas Pendidikan Genesha (Undiksa) menerjemahkan buku tersebut dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, sehingga kita bisa membacanya dengan lebih cepat," ujar Prof Windia yang juga guru besar Fakultas Pertanian Unud.

Windia yang juga  ketua badan penjaminan mutu Unud  mengaku semakin tak percaya bahwa dalam menulis karangan  ilmiah, literaturnya harus yang serba baru, terbukti buku karangan Covarrubias, nyaris menjadi buku "bibble" bagi pencinta kebudayaan Bali.

"Sebagai pengamat subak, tentu saja saya berusaha mengkaji lebih mendalam isi buku yang ditulis Miguel Covarrubias yang berkait dengan eksistensi subak di Bali," katanya.

Ia menilai, Miguel Covarrubias  memiliki pandangan yang sangat tajam, deskripsi pendapatnya tentang tujuan dibentuknya sistem  subak, ternyata masih sangat relevan dengan tujuan-tujuan subak yang dideskripsikan oleh Coward maupun Prof Dr Nyoman Sutawan pada awal abad ke-21.

Subak dibentuk bertujuan untuk menjamin agar semua petani anggota subak tidak kekurangan air irigasi, dan melakukan kegiatan ritual. Kegiatan ritual adalah sesuatu yang khas dilakukan oleh anggota subak yang membedakannya dengan sistem irigasi lainnya di belahan  dunia.

"Deskripsi Covarrubias itu, agak lama didangkalkan oleh berbagai peneliti tentang subak, sampai akhirnya Sutawan dkk, menegaskan kembali tentang fungsi ritual yang harus dilakukan subak," ujarnya.

"Fungsi ritual itu kemudian dipertegas lagi oleh Suprodjo, Sigit, Sahid dan dirinya sendiri," ujar Prof Windia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com