Sebanyak 111 sumber air di wilayah ini yang merupakan pemasok air hulu Brantas, berdasarkan hasil survei 2006, kini hanya tersisa 54. Itu pun dalam kondisi memprihatinkan, bahkan pada saat musim hujan sekarang.
Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu, yang pernah menerima Danamon Award sebagai penyelamat lingkungan 2012, Bambang Parianom di Batu, Jumat (22/3), menjelaskan, kawasan arboretum yang selama ini dipahami sebagai area yang mengamankan pasokan sumber air Brantas tidak dapat lagi diandalkan. Debit sumber air mengecil dan diyakini tidak lagi memiliki debit seperti perhitungan tahun 2006 sebesar 6,9 liter per detik.
Kerusakan lingkungan di wilayah hulu akibat tekanan deforestasi kawasan hutan di Kecamatan Bumiaji terus berkembang. Tanaman sayur-sayuran bahkan kini ditanam di tepi sungai hulu Brantas.
”Padahal ini seharusnya hutan. Sampai tahun 2005 hutan wilayah ini wewenang Perhutani. Namun, entah bagaimana Perhutani mengizinkan pembukaan hutan untuk lahan tanaman komersial hortikultura sehingga terjadi penurunan debit. Kawasan yang seharusnya menjadi hutan Kota Batu mencapai 11.227 hektar, tetapi terus berkurang,” kata Bambang.
Hari Kamis, Bambang yang memimpin LSM Pusaka dalam proyek penyelamatan Sungai Brantas melakukan aksi konservasi bekerja sama Dompet Dhuafa. Mereka menanam 7.500 pohon jambu merah, kopi, kesemek, dan beberapa jenis pohon kayu.
Memperingati Hari Air Sedunia, sejumlah organisasi yang peduli ketersediaan air bersih di Kabupaten Bandung memasang satu unit alat penjernih air di Kampung Ciwalengke, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Alat tersebut diharapkan menjadi solusi awal bagi ribuan warga yang selama ini terpaksa menggunakan air dari sungai karena tidak ada sumber air bersih.
Organisasi yang terlibat di antaranya Koordinator Komunitas Peduli Cikapundung, Komunitas Elemen Lingkungan (Eling), dan Greenpeace.