Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Mandala, Upaya Pelestarian Budaya Borobudur

Kompas.com - 22/03/2013, 14:44 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Batik Mandala Borobudur memang belum sekondang batik-batik dari kota lain seperti Solo, Pekalongan dan Yogyakarta. Namun, batik yang memiliki motif candi itu cukup mencuri perhatian masyarakat khususnya para wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur, Kabupaten Magelang.

Betapa tidak, sejak beberapa tahun silam, setiap pengunjung yang datang ke Candi Budha terbesar di dunia itu memang diwajibkan untuk mengenakan kain batik. Aturan tersebut dimaksudkan sebagai etika karena Borobudur adalah tempat suci bagi umat Budha. Dari situlah kemudian, muncul gagasan untuk menciptakan batik yang khas Borobudur.

"Batik Mandala Borobudur pertama diciptakan untuk mendukung etika pengunjung Candi Borobudur," tutur salah seorang pengiat Batik Mandala Borobudur, Jack Priyana.

Menurut Jack, hal lain yang menjadi latar belakang diciptakan batik Mandala Borobudur karena batik juga menjanjikan di sektor perekonomian bagi masyarakat terutama yang berada di sekitar Borobudur. Namun lebih dari itu, batik juga dinilai mampu menjadi akar bagi pelestarian budaya di Indonesia.

"Munculnya batik ini juga tidak singkat, sudah melalui pemikiran dan proses eksplorasi, hingga akhirnya lahir batik dengan motif candi ini, yang berbeda dengan batik-batik dari daerah lain," ujarnya saat ditemui di rumahnya di Jalan Balaputra Dewa No 56 Borobudur, Kabupaten Magelang, belum lama ini.

Tidak berlebihan jika kemudian Batik Mandala Borobudur ini menjadi batik yang ekslusif. Sebab, para peminat harus datang lansung ke Borobudur untukbisa mendapatkan batikini.

Sejauh ini, kata Jack, batik Mandala masih belum dipasarkan secara luas hingga ke luar daerah. Batik Mandala Borobudur sendiri baru dikembangkan di sekitar delapan produsen (kelompok) batik di Kecamatan Borobudur. Di antaranya Lumbini, Cahyagotama, Noreh, Watu Kendil, Giri Tengah, Catrun, serta batik yang dikembangkan SMK Candirejo.

Dijelaskan Jack, usai diproduksi, batik lantas di tempatkan Galeri Atap Langit yang lokasinya bersebelahan dengan rumahnya. "Jadi, kalau ada turis yang tertarik membeli, mereka diantar ke galeri," lanjut pria kelahiran Magelang, 9 Oktober 1965 ini.

Harga yang dibanderol pun relatif terjangkau. Setidaknya peminat bisa memilih ada dua macam batik yang diproduksi. Yakni batik tulis seharga Rp200.000 hingga Rp250.000 per dua meter dan Rp 80.000 hingga Rp100.000 dipatok untuk batik cap.

Pengembangan batik Mandala Borobudur, imbuh Jack, selain mendongkrak sektor perekoniam warga sekitar candi juga ini juga diharapkan mampu menjadi cikal bakal taman budaya Borobudur. Sebab, wilayah Borobudur dan sekitarnya sangat berpotensi untuk membangun budaya-budaya leluhur seperti perajin patung, gamelan, wayang kulit, lukisan dan lain sabagainya.

"Jadi, selain dapat menikmati keindanhan Candi Borobudur, para pengunjung juga bisa belajar seni dan kebudayaan yang ada di sini," tutupnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com