Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Tumor Ganas, Mimin Kehilangan Wajah...

Kompas.com - 22/03/2013, 13:27 WIB
Kontributor Ciamis, Irwan Nugraha

Penulis

TASIKMALAYA, KOMPAS.com — Tak bisa dibayangkan apa yang dirasakan kini oleh seorang nenek bernama Mimin, warga Kampung Jareged, Desa Jayaputra, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya. Ia kehilangan wajahnya akibat benjolan penyakit tumor sinonasal yang menutupi wajahnya. Mulai dari mulut, hidung, pipi, hingga kedua bola matanya seakan hilang terhalang benjolan tumor yang dideritanya selama tiga bulan terakhir ini.

Warga setempat menginformasikan bahwa ada seorang nenek berumur 53 tahun telah kehilangan wajahnya akibat penyakit tumor ganas. Pada Jumat (22/3/2013) siang, Kompas.com pun langsung menuju ke rumah Mimin, yang lokasinya di perkampungan dekat kawasan Gunung Galunggung. Mimin tinggal bersama seorang putri dan kedua cucunya di sebuah rumah sederhana berukuran sekitar 3 x 4 meter.

Saat memasuki pelataran rumah, beberapa pria dengan ramah dan senyum menyapa membuka pintu. Kedua pria itu adalah ketua RT dan tokoh pemuda di kampung setempat. Di dalam rumah, tampak seorang nenek renta memakai pakaian khas Sunda tempo dulu berbaring di lantai tengah rumah dengan sehelai tikar lusuh dan kasur busa.

Nenek yang sehari-harinya menjual gorengan keliling di kampungnya itu perlahan bangkit untuk duduk dan menunjukkan penyakit yang dideritanya. Ia dibantu anak bungsu perempuannya bernama Imas (32), yang berada di sampingnya.

Kondisi benjolan di wajah Mimin hampir membungkus seluruh bagian wajahnya. Kulit benjolan berwarna kemerah-merahan, dan di bagian tengahnya kulit benjolan mulai mengerak kehitaman. Mimin pun sesekali terlihat menahan rasa sakit dengan meremaskan kedua tangannya ke helai tikar lusuh yang didudukinya.

"Emak setiap harinya merasa kesakitan dengan benjolan besar di wajahnya ini. Emak juga tidak bisa makan dan minum normal, soalnya kalau mulut yang terbungkus benjolan digerakkan, sakitnya bukan main kata emak," ungkap Imas dengan suara lirih dan meneteskan air mata.

Imas mengisahkan, penyakit orangtuanya berawal saat bagian wajahnya digigit sebuah serangga terbang di pesawahan saat ibunya bertani. Gigitan serangga itu menyebabkan benjolan di bagian sekitar hidungnya seperti digigit nyamuk. Dikiranya, benjolan itu akan menghilang setelah beberapa saat, tetapi ternyata semakin membesar seperti bola pingpong setelah dua minggu.

Benjolan ibunya itu pun sempat diperiksa, dan ia meminta obat ke puskesmas setempat. Kala itu, sesuai keterangan pegawai puskesmas, benjolan yang dialami ibunya tersebut akibat kurang tidur. "Dulu wajah emak tidak apa-apa dan normal. Saat di puskesmas katanya benjolan di wajah emak saya akibat hanya kurang tidur saja," kata Imas.

Tak disangka, benjolan di wajah Mimin semakin membesar setelah sebulan lamanya. Keluarga pun khawatir dan membawanya untuk berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya. Mimin pun sempat dirawat inap selama empat hari, tentunya dengan bekal kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pasalnya, kondisi ekonomi Mimin dan keluarganya berada di bawah garis kemiskinan.

"Setelah dirawat di rumah sakit Tasik, emak pun harus dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin di Bandung. Soalnya, di rumah sakit ini tidak sanggup untuk memeriksa jenis penyakitnya di laboratorium," ujar Imas.

Mendengar kabar itu, Imas dan suaminya pun melaporkan kondisi ini ke pengurus RT dan RW setempat. Alasannya, Imas merasa kebingungan karena tidak memiliki uang untuk hidup sehari-hari selama perawatan Mimin di Bandung. Beruntung warga sekitar sangat peduli terhadap penderitaan ibunya. Dengan demikian, saat itu terkumpul uang Rp 1 juta, untuk biaya kehidupan sehari-hari selama perawatan di Bandung.

"Di rumah sakit Bandung, emak hanya dirawat selama sepuluh hari. Soalnya, saya dan keluarga kehabisan bekal hidup selama emak dirawat di Bandung. Saya pun bingung, dan membawa pulang paksa emak yang sedang dirawat. Tapi emak di sana sudah diperiksa jenis penyakitnya, yaitu menderita tumor sinonasal," tambah Imas.

Imas menambahkan, benjolan tumor di wajah ibunya setiap hari semakin membesar setelah dibawa pulang ke rumah di Tasikmalaya. Ia sampai saat ini mengaku bingung karena tumor wajah yang diderita emaknya semakin parah sampai sekarang. "Bukan saya enggak mau mengobati lagi, Pak! Saya bingung biayanya harus dari mana. Saya setiap hari juga makan sudah susah. Saya kasihan melihat emak yang setiap harinya jarang tidur karena kesakitan," ujar Imas, sembari mengusap punggung ibunya.

Sementara itu, Holis Supriadi (43), tokoh pemuda setempat, mengaku selama ini telah berusaha meminta bantuan kepada pemerintah dan dermawan di Kabupaten Tasikmalaya. Namun, pihaknya masih belum mendapatkan harapan bantuan untuk pengobatan Mimin sampai saat ini.

"Kami hanya berharap ada dermawan yang bisa membantu Ibu Mimin. Kasihan soalnya, benjolannya semakin menutupi wajahnya. Selama ini pun kami selalu berupaya semampu kami untuk mendapatkan bantuan. Tapi, dari pemerintah setempat selama ini baru sebatas pelayanan kesehatan melalui kartu Jamkesmas," kata Holis.

****

Informasi penyaluran bantuan untuk Mimin, hubungi: redaksikcm@kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com