Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuh Ogoh-ogoh Lengkapi Upacara Sambut Nyepi

Kompas.com - 11/03/2013, 14:54 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com -- Prosesi Tawur Panca Kelud Yama Raja Dirgayusa yang berlangsung di kompleks wisata candi Prambanan dalam rangka upacara puncak menyambut Hari Nyepi Tahun Saka 1935 dilengkapi dengan tujuh Ogoh-ogoh, Senin (11/3/2013). Acara yang di mulai pukul 08.30 WIB ini setidaknya diikuti kurang lebih 10 ribu umat Hindu baik dari DIY maupun dari Jawa Tengah.

Turut hadir pula Menteri Agama RI , Drs Surya Dharma Ali, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Mayjen TNI (Purn) S.N. Suwisma dan wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Paduka Paku Alam IX.

Ketua Panitia Acara Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1935 I Gede Bayu Suparta mengatakan, ada tujuh Ogoh-ogoh yang disiapkan dalam Tawur Panca Kelud Yama Raja Dirgayusa Bumi.

"Ketujuh Ogoh-ogoh tersebut hasil karya mahasiswa Hindu dari berbagai kampus yang ada di Yogyakarta," terangnya, Senin (11/03).

Ia menjelaskan, Ogoh-ogoh sebagai simbol kekuatan jahat dalam alam sekala dan niskala. Kekuatan jahat tersebut perlu dikendalikan agar tidak menganggu umat manusia, terlebih dalam menjalankan Nyepi. Selain Ogoh-ogoh, disajikan pula gunungan lanang dan wadon.

"Selesai upacara di pelataran Candi Prambanan Ogoh-ogoh akan dibawa ke dua pura, yakni lima buah ke Pura Jagatnatha Banguntapan, Bantul, dan dua buah dibawa ke Pura Widya Dharma, Dero Wedomartani, Sleman," ungkapnya.

Sampai di dua pura tersebut, Ogoh-ogoh selanjutnya akan diarak keliling kampung untuk melengkapi upacara pengerupukan di petang harinya.

"Sore hari Ogoh-ogoh itu akan diarak keliling kampung di seputar pura," paparnya.

Sementara itu, Menteri Agama, Suryadharma Alie mengatakan, perayaan Nyepi merupakan proses kontemplasi bagi umat Hindu khususnya, dan masyarakat umum.

"Dengan tidak menyalakan api, beraktivitas atau bersenang-senang merupakan salah satu bentuk kotemplasi umat Hindu. Kita melakukan evaluasi terhadap apa yang terjadi sebelumnya, saat ini, ataupun ke depannya," katanya.

Menurutnya, upacara Tawur Panca Kelud Yama Raja Dirgayusa ini harus menjadi motivasi umat Hindu dalam mengangkat nilai kebersamaan, memelihara lingkungan sosial, dan menjaga alam semesta.

"Diharapkan menjadi proses pembersihan jiwa. Menjadi umat yang lebih baik, mengabdi kepada masyarakat dan bangsa. Lebih penting lagi adalah menjaga kerukunan umat beragama," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com