Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karnaval Ogoh-ogoh di Semarang Mengusung Pluralisme

Kompas.com - 11/03/2013, 04:08 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Karnaval Seni Budaya dan Ogoh-ogoh yang diselenggarakan Pemerintah Kota Semarang bersama komunitas umat Hindu menyambut Hari Raya Nyepi 2013 pada Minggu, mengusung pluralisme.

Karnaval yang dimulai dari halaman Balai Kota Semarang dengan rute Jalan Pemuda-Jalan Pandanaran, dan berakhir di Kawasan Simpang Lima Semarang tersebut diikuti sekitar 500 peserta yang berasal dari lintas agama dan mengusung empat ogoh-ogoh.

Sejumlah komunitas yang menjadi peserta karnaval di antaranya berasal dari komunitas budaya Dayak dan Papua yang berpakaian khas daerah masing-masing, komunitas pecinan, tarian Semarangan, Liong Samsi, dan rebana yang dibawakan oleh perwakilan dari pondok pesantren.

Keberagaman peserta karnaval seni budaya dan Ogoh-ogoh juga terlihat dari jumlah peserta lainnya yakni perwakilan Wihara Mahabodhi, Wihara Tanah Putih, dan perwakilan dari Gereja Kebon Dalem.

Peserta karnaval lainnya pasukan prajurit Majapahit, pasukan prajurit Keraton Solo, serta ada taruna dari Arhanud dan Penerbad yang membawa ogoh-ogoh, serta barisan taruna Akpol yang membawakan musik pengiring ogoh-ogoh.

Empat ogoh-ogoh yang diusung dalam karnaval tersebut yakni Sri Krishna Awatara (baik, kepribadian Tuhan), Butho Ijo (kekuatan alam), Raksasa Hiranya Kasipu (lambang kejahatan) dan Narasimha (lambang kebajikan).

Plt Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang memimpin upacara pelepasan karnaval mengatakan, kegiatan seni budaya dan ogoh-ogoh diharapkan dapat mendukung program Ayo Wisata ke Semarang dan mendukung program Visit Jateng 2013.

"Peserta karnaval yang berasal dari beragam komunitas juga menunjukkan adanya keberagaman dan toleransi antarumat beragama di Kota Semarang," kata Hendrar Prihadi, Minggu (10/3/2013).

Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Taufan Yuristian menambahkan ogoh-ogoh merupakan khas Bali dan dibawa ke Semarang dengan mengusung seni budaya Nusantara serta pluralisme.

"Peserta karnaval tidak hanya dari Semarang, tetapi juga dari luar Semarang seperti dari Solo yang mengirim prajurit keraton," katanya.

Sementara itu antusias masyarakat tidak hanya terlihat di halaman Balai Kota Semarang, tetapi juga mereka yang menunggu di sepanjang jalan yang dilewati.

"Saya sengaja berhenti di sini menunggu ogoh-ogohnya lewat," kata Yayuk (43) warga Ngaliyan bersama suami dan dua ananknya yang menyaksikan karnaval di depan Kantor Dinas Kesehatan Kota Semarang Jalan Pandanaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com