Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan "Ogoh-ogoh" dari Sejumlah Banjar Akan Diarak

Kompas.com - 11/03/2013, 03:26 WIB

Badung, Kompas - Pada Senin ini, ribuan warga Hindu Bali mengarak ogoh-ogoh yang dibuat oleh hampir setiap banjar di seluruh Pulau Bali. Arak-arakan ini merupakan bagian dari puncak upacara Tawur Agung Kesangan menjelang Nyepi, Selasa (12/3), sebagai hari menyambut Tahun Baru Saka 1935. Pengarakan ogoh-ogoh dipusatkan di Pura Besakih, Kabupaten Karangasem.

Menjelang petang, ogoh-ogoh siap berkeliling dari banjar masing-masing dengan diiringi sejumlah pemuda yang membawa obor. Sebagai acara penutup menjelang penyepian, atau disebut malam pengerupukan, ogoh- ogoh yang menjadi simbol raksasa jahat itu dibakar. Pembakaran ogoh-ogoh tersebut merupakan bagian dari pemusnahan hawa negatif atau mengusir roh jahat.

Sejak Minggu lalu, sejumlah pemuda menyiapkan ogoh-ogoh dengan tema yang beragam seperti di salah satu banjar di Kabupaten Badung. Tradisi membuat ogoh-ogoh terus berlanjut karena bisa menampung kreativitas seni anak muda di Bali.

Antrean panjang

Sebelumnya, antrean penumpang dan kendaraan di Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali, Minggu lalu, masih cukup panjang. Jumlah penumpang penyeberang feri selama Sabtu pekan lalu tercatat 2.700 orang, dengan 7.448 kendaraan roda dua dan 4.669 kendaraan roda empat. Angka ini melebihi jumlah rata-rata tiap hari.

Menurut Manajer Operasional Pelabuhan Gilimanuk Wahyudi Susianto, antrean menjelang Nyepi ini sudah menjadi tradisi. Ia memperkirakan, penyeberangan feri ke Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur, berlangsung hingga Senin malam ini.

"Melasti”

Sementara itu, mengawali ritual hari raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1935, Sabtu pekan lalu, ribuan warga Hindu Bali terlebih dahulu menggelar upacara melasti atau melis.

Bersama-sama mereka menuju ke pantai dan sumber air untuk nganyudang malaning gumi ngamit tirta amertha, yaitu menghanyutkan segala kotoran dalam kehidupan dan mengambil air dari laut, sungai, danau, dan sumber lain sebagai simbol pembersihan diri dan batin, dengan memohon kepada Sang Sumber Kehidupan.

Mereka secara bergantian melaksanakan melasti, seperti di Pantai Petitenget dan Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Pantai Padanggalak dan Pantai Sanur di Kota Denpasar.

Adapun di Lampung, ratusan penganut agama Hindu di wilayah Moro-Moro, Register 45 Mesuji, juga ikut melakukan upacara perayaan melasti. Perayaan ini juga dihadiri oleh sejumlah warga dari agama lain. (AYS/COK/JON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com