Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Umat Hindu Lampung Rayakan Melasti

Kompas.com - 10/03/2013, 02:25 WIB

BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - Ratusan umat Hindu Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat dan Lampung Barat Provinsi Lampung memadati pantai merayakan Melasti, untuk menyucikan diri menjelang peringatan Hari Raya Nyepi, Selasa (12/3/2013).

"Pelaksanaan upacara Melasti dilakukan antara empat atau tiga hari sebelum Nyepi. Adapun di daerah kami dipusatkan di Pura Segara Tirta Bhuana Bali Yoga Pekon (Desa) Marang atau lebih dikenal dengan pantai Melasti," kata Ketua Parisada Hindu Darma Kecamatan Pesisir Selatan Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat, Ketut Satriye, saat dihubungi dari Bandarlampung, Sabtu (9/3/2013).

Menurut Satriye, pelaksanaan upacara Melasti disebutkan dalam lontar Sundarigama manungsa kabeh angaturaken prakerti ring prawatek dewata, yang berarti manusia semua menghaturkan persembahan kepada sang pencipta.

"Sebagaimana di Provinsi Bali, umat Hindu melaksanakan upacara Melasti dengan mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya dengan hati tulus ikhlas, tertib dan hidmat menuju samudra atau mata air lainnya yang dianggap suci," ucapnya.

Upacara tersebut, demikian Satriye, dilaksanakan dengan melakukan persembahyangan bersama menghadap laut. "Setelah upacara Melasti usai dilakukan, pratima dan segala perlengkapannya diusung ke Balai Agung di Pura Desa. Sebelum ngrupuk, dilakukan nyejer dan selama itu umat melakukan persembahyangan," tuturnya.

Upacara Melasti ini jika diperhatikan identik dengan upacara Nagasankirtan di India. Dalam upacara Melasti, kata Satriye lagi, pratima yang merupakan lambang wahana Ida Bhatara, diusung keliling desa menuju laut dengan tujuan agar kesucian pratima itu dapat menyucikan desa.

"Sedang upacara Nagasankirtan di India, umat Hindu berkeliling desa, mengidungkan nama-nama Tuhan (Namas-maranam) untuk menyucikan desa yang dilaluinya," katanya menjelaskan.

Melasti menurut ajaran Hindu, katanya, adalah nganyudang malaning gumi ngamet tirta amerta atau menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan. Laut sebagai simbol sumber Tirta Amertha (Dewa Ruci, Pemuteran Mandaragiri).

Ritual tersebut, katanya, dilaksanakan selambat-lambatnya pada tilem sore, pelelastian harus sudah selesai secara keseluruhan, dan pratima yang disucikan sudah harus berada di bale agung.

"Ritual Melasti dilengkapi dengan bermacam-macam sesajen baik sesajen khas Jawa maupun Bali. Sesajen tersebut sebagai simbolisasi Trimurti, tiga dewa dalam Agama Hindu, yaitu Wisnu, Siwa, dan Brahma. Serta diarak pula simbol singgasana Dewa Brahma yaitu ’Jumpana’," ujarnya menjelaskan.

Makna upacara Melasti yakni proses pembersihan lahir batin manusia dan alam, ujar dia, dengan jalan menghayutkan segala kotoran menggunakan air kehidupan.
Oleh karena itu, demikian Satriye, prosesi sembahyang dilakukan di sumber- sumber air dan dilaksanakan selambat-lambatnya menjelang sore.

"Upacara ini juga bertujuan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi," katanya.

Tujuan dari upacara Melasti adalah untuk penyucian diri. Dalam upacara Melasti menurut Lontar Sunarigama dan Sang Hyang Aji Swamandala, kata Satriye menambahkan, ada empat hal yang dipesankan dalam upacara Melasti tersebut.

"Pertama untuk mengingatkan umat agar meningkatkan terus baktinya kepada Tuhan (ngiring parwatek dewata). Kedua peningkatan bakti itu untuk membangun kepedulian agar dengan aktif melakukan pengentasan penderitaan hidup bersama dalam masyarakat (anganyutaken laraning jagat)," ujar dia lagi.

Adapun yang ketiga, ujar dia lagi, untuk membangun sikap hidup yang peduli dengan penderitaan hidup bersama itu harus melakukan upaya untuk menguatkan diri dengan membersihkan kekotoran rohani diri sendiri (anganyut aken papa klesa).

"Keempat dengan bersama-sama menjaga kelestarian alam ini (anganyut aken letuhan bhuwana). Dengan melakukan empat hal itu barulah manusia berhak mendapatkan sari-sari kehidupan di bumi ini (amet sarining amerta ring telenging segara)," jelas Ketut Satriye.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com