Medan, Kompas -
”Kondisi ini berkat peran tokoh agama dan tokoh adat budaya. Ini jadi modal bagi Sumut ke depan,” kata Gatot.
Sementara itu, tim pemenangan pasangan Effendi MS Simbolon-Jumiran Abdi (Esja) memilih menunggu hasil perhitungan manual Komisi Pemilihan Umum Sumut. Mereka juga terus mengumpulkan bukti-bukti kecurangan yang dilakukan pasangan lain selama persiapan dan pelaksanaan Pilkada Sumut.
Ketua tim pemenangan Esja, Sofyan Tan, menuturkan, pihaknya telah melaporkan sekitar 3.000 pelanggaran selama Pilkada Sumut kepada Panitia Pengawas Pemilu Sumut. Pelanggaran antara lain politik uang dan penyalahgunaan wewenang. ”Kami masih terus mengumpulkan data dan bukti,” ujarnya.
Ketua MUI Sumut Abdullahsyah berharap, semua pihak dapat menerima hasil Pilkada Sumut dengan lapang dada. Sikap lapang dada menjadi contoh yang bagus bagi masyarakat. Ia juga berharap, gubernur terpilih dapat mengayomi seluruh lapisan masyarakat.
Dalam hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei, pasangan Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi (Ganteng) meraih di atas 31 persen.
Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring, menilai, keunggulan Gatot-Tengku Erry di Sumut dan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar di Jawa Barat membuktikan suara PKS masih solid di daerah. Kasus korupsi impor daging sapi yang menyeret mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq menjadi tersangka tak lantas membuat PKS terpuruk.
”Ini bukti kecepatan kami untuk merespons. Setelah kami jelaskan kepada publik, mereka cukup mengerti,” ujar Tifatul, seusai memberikan kuliah umum di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur, Jumat.
Tifatul berharap, pasangan Gatot-Erry dapat bekerja untuk semua golongan, suku, agama, dan partai politik mana pun. Mereka perlu menggandeng semua komponen saat memimpin Sumatera Utara lima tahun ke depan.(MHF/ILO)