Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat TNI-Polri Berseteru

Kompas.com - 09/03/2013, 02:25 WIB

Dua gajah bertarung, pelanduk terjepit di tengah. Peribahasa ini mungkin mendekati perasaan sebagian warga Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, di tengah ketegangan TNI dan kepolisian. Mereka dirundung ketakutan dan kehilangan pengayom keamanan.

Hendra Manan (40), penjahit yang buka kios tepat di depan Markas Kepolisian Resor (Polres) Ogan Komering Ulu (OKU), mengaku, terpaksa menutup kiosnya sepanjang Kamis (7/3) saat puluhan anggota TNI Yon Artileri Medan 15/76 Tarik/Cailendra Martapura menyerang dan membakar Markas Polres OKU. Pada Jumat, dia pun belum berani benar membuka tempat usahanya itu.

Ia hanya membuka kios setengah hari dan tak menerima pesanan jahitan baru. Hanya satu dari beberapa karyawannya yang berani masuk hari itu untuk membantunya menyelesaikan pesanan jahitan.

Seluruh pajangan baju jahitannya hanya dipajang di dalam kios, bukan di teras kios seperti biasanya. ”Saya siap tutup sewaktu-waktu ada ribut-ribut lagi. Saya takut jadi korban salah sasaran,” katanya.

Akibat kejadian itu, Hendra mengaku dirugikan. Tak ada pemasukan selama dua hari terakhir. Padahal, biasanya ia bisa meraih pendapatan Rp 1 juta per hari. Jika masalah ini terus berkepanjangan, kerugian yang diderita terus membengkak.

Lelaki asli Baturaja itu hanya bisa berharap konflik itu segera selesai. ”Kalau kondisi seperti ini terus, lebih baik kantor polisi dipindah keluar kota saja supaya tak merugikan warga,” ujarnya, dengan nada jengkel.

Di sekitar kios jahit Hendra terlihat sejumlah usaha masih tutup sejak Kamis. Saat dihampiri Gubernur Sumsel Alex Noerdin, sejumlah warga mengutarakan ketakutannya. Mereka juga menyatakan harapan agar konflik itu segera diselesaikan. ”Kami takut terus Pak Gubernur, kapan ini bisa selesai?” kata seorang ibu paruh baya.

Alex berusaha menenangkan warga dengan memberikan jaminan keamanan. Ia juga berharap warga tidak lagi khawatir dan beraktivitas seperti biasa.

Pada Kamis, sebagian aktivitas warga terhenti. Tempat-tempat usaha di sekitar Mapolres OKU tutup. Beberapa perkantoran dan perbankan menghentikan aktivitas. Sekolah-sekolah di sekitar lokasi memulangkan murid-muridnya karena api telah membubung tinggi. Gedung Polres OKU terletak di pusat pertokoan, pasar, sekolah, dan perumahan warga yang cukup padat.

Karyawan rumah makan padang di dekat Mapolres, Nora (25), menuturkan, rangkaian penyerangan itu ibarat teror di pagi hari. Puluhan tentara datang berkonvoi dengan sepeda motor dan satu truk sekitar pukul 08.00. Saat memasuki jalanan di kompleks Polres OKU, mereka menyuruh warga yang tengah bersiap membuka tempat usaha untuk kembali masuk dan menutup kios atau warung. Tak lama kemudian, gedung itu dibakar.

Hilangnya rasa aman

Tak hanya kerugian material. Konflik antar anggota dari dua aparat keamanan itu membuat warga kehilangan jaminan keamanan. Dua aparat yang mempunyai tugas utama melindungi dan mengayomi warga itu justru menimbulkan ketakutan di kalangan warga. ”Kalau ada apa-apa, ke mana lagi kami harus melapor jika petugas yang jaga keamanan saja bermasalah,” ujar Hidayat (26), warga Baturaja lainnya.

Warga Baturaja, Gustin Moeslimin Singajuru (41) menuturkan, ketegangan di Baturaja sudah terasa sejak penembakan yang menewaskan Pratu Heru oleh Brigadir BW pada 27 Januari. Aktivitas kepolisian di Baturaja kian lemah. Pos-pos penjagaan polisi sering kosong dan apel pagi di Mapolres OKU semakin jarang terlihat.

Kondisi ini dikhawatirkan meningkatkan kejahatan, bahkan mengancam ketertiban. ”Kami khawatir perampokan dan pencurian meningkat karena ada saja orang yang memanfaatkan mengendurnya penjagaan polisi,” ujar Gustin.

Kapolres OKU Ajun Komisaris Besar Azis Sahputra menolak kekhawatiran itu. Ia berjanji kinerja kepolisian OKU tak berkurang akibat kejadian tersebut.

Panglima Kodam II/Sriwijaya Mayor Jenderal Nugroho Widyotomo meminta maaf atas kejadian itu. Ke depan akan diusahakan hubungan baik antara polisi dan TNI. Proses perdamaian antar dua institusi besar itu tengah berlangsung. Masyarakat hanya bisa menanti kembalinya rasa aman itu. (IRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com