Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gizi Buruk Merenggut Nyawa Hikmah

Kompas.com - 27/02/2013, 03:09 WIB

Wajah Suparjo Rustam (33) kuyu. Satu lagi anaknya meninggal dunia. Hikmah Fitriatul Uyung yang menderita gizi buruk dan gangguan saluran pernapasan, akhirnya mengembuskan napas terakhir, Selasa (26/2) sekitar pukul 09.00, di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Hikmah masuk instalasi gawat darurat rumah sakit itu sejak 12 Februari. Bocah berusia 15 bulan itu kekurangan berat badan. Bobotnya hanya 3 kilogram dan terlihat seperti tulang berbalut kulit saja. Anak keempat Suparjo-Soimah (41) ini juga kesulitan bernapas sehingga harus dipasangi selang oksigen, meskipun selangnya terlihat lebih besar daripada kepala bocah tersebut.

Setelah berjuang melawan kondisi fisiknya yang lemah selama dua pekan, Hikmah akhirnya menyusul Soimah yang meninggal tepat saat Hikmah masuk rumah sakit. Kakak Hikmah yang nomor 3 juga meninggal dalam proses kelahiran pada tahun 2010.

Duka Suparjo tidak berhenti sampai di situ. Hingga kemarin petang, dia bingung memikirkan biaya ambulans untuk membawa jenazah putrinya ke kampung halaman di Pemalang, Jawa Tengah, untuk dikebumikan di samping Soimah. ”Saya tak punya Rp 2 juta untuk sewa mobil yang akan membawa anak saya. Entah bagaimana nanti,” ucap Suparjo yang berprofesi sebagai pemulung.

Bergantung belas kasih

Suparjo mengingat kelahiran Hikmah yang lancar di Puskesmas Cempaka Putih, 17 Desember 2011. Bobot Hikmah juga normal, yakni 2,4 kg. ”Sampai umur empat bulan, bobot anak saya masih normal,” kata Suparjo, yang tinggal di lapak sewaan di sekitar Jalan H Ten, Jakarta Timur.

Persoalan muncul ketika menginjak bulan keempat. Berat tubuh Hikmah tidak bertambah dan juga kerap sakit. Hikmah sempat dibawa oleh almarhum Soimah semasa hidup ke RS Persahabatan. Saat itu, Hikmah harus menjalani perawatan serius lantaran ada flek pada paru-paru. ”Nyawa Hikmah bisa saja tidak tertolong saat itu. Untung ada orang yang baik dan mau membantu saya. Dia kasih uang untuk menebus obat,” ujar Suparjo yang belum memiliki KTP DKI Jakarta.

Pengalaman serupa terulang ketika Hikmah dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo. Pihak rumah sakit sempat meminta jaminan karena keluarga Hikmah tidak ber-KTP Jakarta. Suparjo saat itu tengah menunggui Soimah menjelang ajalnya di RS Islam Cempaka Putih.

Hikmah dibawa Nora (guru kakak Hikmah) yang berbaik hati ke RSCM, sekaligus menjamin biaya obat di hari pertama. Dia juga sempat membopong Hikmah selama lima jam untuk menunggu tempat di IGD.

”Saat hari kedua, saya urus semua surat-surat untuk menjamin pengobatan Hikmah,” tutur Nora.

Persoalan tidak mudah bagi keluarga ini karena tidak ada identitas Jakarta yang bisa dijadikan jaminan berobat gratis. Setelah melewati proses panjang, akhirnya proses pengobatan Hikmah bisa diteruskan di RSCM. Tanggal 16 Februari, Hikmah dipindahkan ke ruang perawatan gedung A RS Cipto Mangunkusumo.

Berat badan Hikmah sempat naik sampai 4,1 kg setelah 10 hari di rumah sakit. Namun, beberapa hari kemudian, berat Hikmah kembali turun sampai 3,8 kg dan terakhir 3,7 kg.

Saluran pernapasan juga tidak membaik. Nora dan sukarelawan Visca Supit yang mendampingi Hikmah sempat melihat aliran oksigen yang diberikan ke Hikmah diturunkan dari 8 liter per menit menjadi 1 liter per menit. ”Saya sempat protes. Lalu, oksigen dikembalikan menjadi 8 liter per menit,” kata Nora.

Selasa pagi, Nora yang tengah berada di rumah ditelepon pihak rumah sakit. Dia diminta mencari ruang perawatan intensif (ICU) untuk Hikmah. Sekitar satu jam berselang, Nora tengah mengurus surat-surat pemindahan ke ICU. Saat itu, Hikmah sudah meninggal.

Tindakan maksimal

Kepala Bagian Humas dan Pemasaran RS Cipto Mangunkusumo Sulastin membenarkan Hikmah pernah dirawat di rumah sakit itu. Namun, dia membantah kalau perawatan tidak maksimal.

”Kami sudah melakukan tindakan medis yang terbaik. Pasalnya, begitu pasien ditangani, dia langsung masuk ruang perawatan,” katanya.

Pengacara publik Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Tommy Albert, yang mendampingi keluarga Suparjo, meminta pemerintah aktif mendata anak penderita gizi buruk di wilayahnya. Selain itu, fasilitas kesehatan untuk anak juga harus ditingkatkan. (Agnes Rita Sulistyawaty)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com