Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parpol Mesti Kritis dan Jangan Kaget Hadapi Hasil Survei

Kompas.com - 22/02/2013, 09:08 WIB
Sidik Pramono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya publikasi hasil survei mengenai popularitas dan elektabilitas menjelang Pemilihan Umum 2014, semestinya disikapi secara kritis. Partai politik tidak boleh kaget menerima apapun hasil survei tersebut.

Pengajar politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, AAGN Ari Dwipayana menyebutkan, hasil survei tidak bisa ditelan mentah-mentah. Pembacaan secara kritis dan scientific harus dilakukan menyikapi hasil yang disajikan lembaga survei.

"Partai harus punya alat ukur sendiri yang menggunakan kaidah scientific sehingga ada perbandingan dengan hasil survei di luar partai. Dengan cara seperti itu, partai tidak tergantung pada agenda setting dari luar, yang sering merangkap sebagai lembaga konsultan, dan juga tidak terlalu percaya diri tanpa melihat perbandingan dengan luar," ujar Ari, Kamis (21/2/2013).

Menurut Ari, survei bukan hanya untuk melihat kecenderungan elektabilitas. Survei sekaligus untuk membaca atau mendiagnosa karakteritik pemilih sehingga parpol bisa merumuskan ulang target dan positioning-nya. Namun parpol kerap tak memperhatikan jumlah undecided voters, pemilih yang belum menentukan pilihannya. Variabel ini mestinya dilihat sebagai potensi pemilih yang perlu dipengaruhi.

Ari sependapat bahwa survei bisa bertujuan ganda. Di satu sisi, survei bisa digunakan sebagai alat scientific untuk mengukur diri sekaligus target elektoral. Di sisi lain, survei juga bisa digunakan sebagai strategi elektoral yang menghasilkan bandwagon effect ketika digunakan oleh parpol papan atas untuk mempengaruhi pemilih.

Sementara, Ketua Lajnah Pemenangan Pemilu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Saifullah Ma'shum menyatakan, pihaknya tetap merujuk hanya pada hasil survei lembaga yang diakui kredibilitasnya. Terlebih ketika hasil survei antarlembaga bisa berbeda jauh.

Saifullah pun mengingat pengalaman menjelang Pemilu 2009 di mana waktu itu survei sebuah lembaga penelitian media massa nasional terkemuka bahkan menyebut PKB terancam tidak bisa mencapai parliamentary threshold. "Tapi nyatanya lolos juga," ujar Saifullah.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengaku kadang heran saat sebuah hasil survei dipublikasikan. Hasil survei terkadang tidak sebanding dengan kenyataan di lapangan, terutama ketika bakal calon anggota legislatif dan mesin parpol sudah bergerak. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com