Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Dinilai Ganggu Lingkungan, Bupati Dukung Kampung Rawa

Kompas.com - 20/02/2013, 13:46 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Bupati Semarang Mundjirin secara tegas mendukung keberadaan rumah makan apung Kampung Rawa yang dikelola oleh paguyuban petani setempat. Hal ini berbeda sekali dengan pernyataannya dalam beberapa kesempatan sebelumnya.

Sebelumnya, Bupati selalu mengaku mengahadapi dilema dalam menyikapi keberadaan Kampung Rawa, karena dari sisi tata ruang menyalahi aturan, namun di sisi lain dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

"Saya sangat mendukung Kampung Rawa, karena kenyataannya dulu tanah sawah di sana justru selalu menjadi permasalahan antardua desa. Sekarang dengan dibangunnya Kampung Rawa mereka jadi guyup menjadi kondusif dan malahan meningkatkan taraf hidup petani. Kalau dikhawatirkan akan mengurangi produksi beras, saya katakan hasil pertanian di sana masih surplus," kata Bupati, Rabu (20/2/2013).

Tentang kemungkinan Kampung Rawa akan memicu pertumbuhan pendirian bangunan atau usaha serupa di tepian Danau Rawapermai tersebut, Bupati menjawab hal itu tidak boleh terjadi. "Ya itu tidak boleh," kata Mundjirin tanpa merinci lebih jauh.

Sementara itu, dihubungi terpisah, pakar lingkungan yang juga Rektor Universitas Diponegoro Semarang, Sudharto mengatakan, rawa atau danau seharusnya diperlakukan sama seperti sungai. Di mana daerah sempadannya harus terbebas dari bangunan.

"Saya tidak tahu persis tentang persoalan Kampung Rawa. Tapi dari segi perlakuan antara sungai dengan rawa atau danau harusnya sama. Rawa atau danau itu ada sempadannya, yaitu sebuah ruang yang bebas dari kegiatan budidaya. Karena selain mengganggu aliran air menuju rawa, juga mengganggu dari segi ekologinya," kata Sudharto.

Sejak awal, keberadaan Kampung Rawa menjadi perbincangan hangat di kalangan akademisi dan penggiat lingkungan, karena dua pendapat yang sama-sama kuat yang mengedepankan asas manfaat, dan penyimpangan tata ruang yang dikhawatirkan menjadi preseden buruk bagi konservasi lingkungan.

Kampung Rawa dikelola oleh 12 kelompok tani yang tergabung dalam Paguyuban Kampoengrawa dengan anggota 325 orang. Mereka mendapatkan pinjaman modal dari sebuah koperasi untuk menyulap lahan sawah yang diklaim tidak produktif menjadi rumah makan apung yang cukup menarik.

Sejak dibuka tahun 2012 lalu, rumah makan yang terletak di samping jalan lingkar Ambarawa ini banyak dikunjungi masyarakat. Bahkan, sejumlah event yang melibatkan pejabat daerah sering digelar di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com