Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rafdah Sempat Lima Jam Meregang Nyawa

Kompas.com - 19/02/2013, 04:07 WIB

Rafdah Oroh (21) meminta makan saat ia ditemukan terjepit di reruntuhan bangunan rumahnya, Kompleks Eden Bridge, Perumahan Citra Land, Winangun, Kota Manado, Sulawesi Utara, Minggu (17/2). Seorang anggota tim search and rescue di lokasi longsor pun memberinya sekerat roti.

Setengah jam kemudian, Rafdah merintih kehausan. Tim dokter, yang tiba di lokasi sekitar satu jam sesudah longsor itu terjadi, memberinya sebotol air kemasan dengan sedotan. Rafdah pun diinfus dan hidungnya diberi oksigen.

Rafdah satu-satunya korban longsor yang ditemukan masih hidup saat dua rumah tertimbun tanah, Minggu. Lady Oroh, kakak Rafdah, tewas bersama seorang petugas keamanan. Suasana penyelamatan Rafdah pun berlangsung dramatis. Tim SAR Manado terus mencari akal untuk menyelamatkannya, hingga selembar pintu kayu dimasukkan ke celah-celah impitan bangunan untuk menutup tubuh Rafdah.

Belasan dokter dari Rumah Sakit Prof Kandouw, Malalayang, Manado, berembuk untuk mengamputasi kaki Rafdah, agar nyawanya dapat diselamatkan. Dokter Lucky Kumaat, ahli anestesi, kemudian melihat kondisi Rafdah lagi. Ia masuk ke rumah mempelajari situasi bangunan. Hampir sejam berlalu, dua cara untuk menyelamatkan Rafdah urung dilaksanakan. Impitan material bangunan ternyata berada di atas pinggulnya.

Suasana di luar lokasi longsoran bertambah ramai dengan kunjungan warga dan pejabat. Di samping rumah yang menimbun Rafdah, orang berteriak melarang buldoser merombak bangunan yang juga rusak akibat longsor. Tujuan merombak rumah dengan mengangkat sebagian timbunan tanah untuk mencari tiga orang yang hilang.

Diangkat manual

Anggota tim SAR yang memantau kondisi Rafdah menemukan kondisi korban terus menurun. Kepala Rafdah tak lagi bergerak. Denyut nadinya saat itu mulai bergerak pelan.

Ketika kondisi Rafdah menurun, tim SAR meminta bantuan masyarakat untuk mengangkat puing bangunan secara manual. Saat material longsoran mulai diangkat, Rafdah lunglai, lalu mengembuskan napas terakhir. Ia mengalami perdarahan di bagian kaki.

Tim dokter yang memantau kondisi Rafdah selama lima jam pun berlinang air mata. ”Sia-sia upaya kita,” kata dokter Hermi Tendean Lumentut, yang terlibat dalam penyelamatan itu.

Renny Oroh Mokodaser (50), ibu korban, tiba di lokasi kejadian hanya berselang lima menit setelah Rafdah dinyatakan tewas oleh tim medis. Renny meraung dalam tangisan dan memanggil putrinya itu.

Renny tinggal di Kabupaten Minahasa, Sulut, bersama suaminya, H Oroh. Rumah di Citra Land itu dibeli setahun lalu, ditinggali dua putrinya yang bersekolah dan bekerja di Manado.

Rafdah yang sempat lolos dari maut akhirnya menyerah.... (zal)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com