Bojonegoro, Kompas -
Dua bocah dilaporkan tewas saat bermain-main di genangan air. Keduanya Dimas Fernanda Hidayat (13), warga Dusun Karang, Kecamatan Trucuk, dan Ahmad Maslahul Afid (9), warga Desa Sembunglor, Kecamatan Baureno.
Selain itu, 8 gedung SD, 4 gedung taman kanak-kanak, 3 masjid, dan 7 mushala tergenang. Banjir juga merendam 51,4 kilometer jalan poros kecamatan dan 800 meter jalan kabupaten dengan ketinggian 40-80 sentimeter. Areal itu tersebar di 99 desa dan 13 kecamatan.
Warga perkotaan mengungsi di sepanjang tanggul dan gedung serbaguna. Di Kecamatan Trucuk disiapkan pengungsian di Kantor Kecamatan Trucuk serta Balai Desa Sumbangtimun, Sumberjokentong, dan Sembung. Ratusan hewan ternak berupa kambing dan sapi juga diungsikan ke tenda-tenda di tanggul.
Sutikno (51) dan keluarganya, warga Ledokkulon, memilih mengungsi di tanggul dengan mendirikan tenda agar bisa memantau rumahnya. Saat ditemui, ia menjemur dua buku pemilik kendaraan bermotor yang basah terendam banjir.
Sukiman (62), warga Ngablak, Kecamatan Kalitidu, terpaksa mengungsikan tiga ekor sapinya ke tanggul. Air di sekitar rumahnya sudah mencapai 80 sentimeter-1 meter. ”Barang-barang sudah kami naikkan ke para-para. Tinggal mengungsikan sapi saja,” tuturnya.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah mendirikan dapur umum dan mempersiapkan 8.000 nasi bungkus untuk warga korban banjir. Para relawan juga membagikan nasi bungkus. Bantuan nasi bungkus didistribusikan kepada pengungsi di Kecamatan Bojonegoro Kota, Kanor, Trucuk, dan Kalitidu.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Bojonegoro Iskandar menuturkan, sementara bantuan difokuskan untuk warga di pengungsian, belum menyentuh warga yang tinggal di rumah.
Posisi stabil sejak pukul 11.30, hari Minggu kemarin, pada papan duga menunjukkan angka 15,32 meter di atas permukaan laut. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro Kasiyanto menyebutkan, selain limpahan air dari wilayah Ngawi dan Madiun, hujan lokal menambah tinggi debit air.