Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Perkosaan dengan Menari Bersama

Kompas.com - 13/02/2013, 18:37 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com -- Para aktivis One Biliion Rising (OBR) Yogyakarta akan menggelar aksi menari bersama sebagai bentuk penolakan dan keprihatinan atas maraknya tindak perkosaan dan kekerasan terhadap perempuan. Aksi itu sekaligus untuk memperingati tahun ke-15 Vagina Day.

Aksi menari bersama para aktivis One Billion Rising (OBR) Yogya itu akan dilakukan di sepanjang Jalan Malioboro.

One Billion Rising (OBR) sendiri pertama kali digagas oleh Penulis Drama teater Vagina Monologues, Eva Ensier pada tahun 1998 untuk menyikapi meningkatnya jumlah korban perkosaan dan kekerasan terhadap perempuan.

"Diam, bukan pilihan yang tepat ketika melihat tingginya kasus perkosaan dan kasus tindak kekerasan terhadap perempuan. Karenanya kita akan melakukan aksi dalam rangka memperingati Vagina Day pada 14 Februari 2013 besok. Peringatan ini menjadi bentuk kecaman akan tindak kekerasan terhadap perempuan," terang Ryan Kobari, ketua One Billion Rising (OBR) Yogya, Rabu (13/02).

Dalam peringatan Vagina Day pada 14 Februari besok, One Billion Rising Jogja mengajak seluruh masyarakat untuk menari dan bersolidaritas bagi korban kekerasan seksual. Tarian yang diberi judul Rally V-Dance ini akan dimulai pukul 15.00 - 16.45 WIB di sepanjang Jalan Malioboro, mulai dari Hotel Inna Garuda sampai Titik Nol Km.

"Kami mengajak siapapun yang peduli untuk bangkit menuntut penghentian tindak perkosaan dan kekerasan terhadap perempuan dengan menari di sepanjang jalan Malioboro," paparnya.

Lebih lanjut Ryan menjelaskan bahwa OBR Jogja adalah bagian dari gerakan yang juga dilakukan di 210 negara lain di dunia.

"Menari bersama merupakan bukti bahwa tiap individu memiliki otoritas atas dirinya, dan dapat bekerja sama untuk melawan kekerasan," tegasnya.

Peringatan Vagina Day ini merupakan bentuk penolakan atas kekerasan terhadap perempuan dan anak yang selama ini selalu dianggap sebagai takdir.

"Perkosaan dan kekerasan bukan takdir! Dan kami menolak untuk diam," tandas Ryan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com