Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perilaku Gunung Merapi Sulit Diprediksi

Kompas.com - 09/02/2013, 18:23 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Pasca-erupsi Gunung Merapi pada 2010, tingkah laku Gunung Merapi kini sulit diprediksi. Belum stabilnya keadaan alam di sekitar puncak gunung ini, menjadi penyebab hal tersebut.

 "Kondisi alam belum normal seperti sedia kala. Jurang disekitar merapi sudah penuh, kawah lebar, dan hutan sudah gundul," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono, Sabtu (9/2/2013). Karenanya, kini perilaku Gunung Merapi tidak bisa diperkirakan, baik kapan akan meletus, besar letusan, maupun arah letusan.

Saat Gunung Merapi meletus pada 2010, tutur Surono, awan panas masih tertahan rimbunnya hutan. Jurang yang dalam di sekitar puncak gunung ini juga menahan luncuran awan panas. Bila dalam waktu dekat terjadi letusan Gunung Merapi, Surono memperkirakan kerawanan terbesar akan terjadi di sisi Barat gunung tersebut.

"Sisi Barat dindingnya sudah tipis dan dikhawatirkan ambrol," ujar Surono. Sedangkan wilayah Boyolali, sebut Surono, masih relatif lebih aman karena memiliki dinding Merapi purba.

Karenanya, Surono berharap masyarakat mengembangkan mitigasi bencana dengan lebih efisien. Misalnya dengan menyiapkan relawan yang mumpuni. Dia pun menegaskan Gunung Merapi pasti masih akan meletus lagi, meski tak bisa dipastikan kapan tepatnya akan terjadi. "Kalau sekarang, statusnya aktif normal," imbuh dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com