Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Rentan

Kompas.com - 07/02/2013, 02:47 WIB

jakarta, kompas- Sangat besar potensi terjadinya pelemahan momentum pertumbuhan ekonomi tahun 2013, tampak dari melemahnya pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2012 dan tingginya angka inflasi pada Januari 2013. Adanya defisit neraca perdagangan memperkuat potensi itu.

Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar di Jakarta, Rabu (6/2), menyatakan, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,23 persen pada tahun 2012 tergolong tinggi meskipun di bawah target 6,5 persen. Capaian ini adalah salah satu yang tertinggi di dunia ketika perekonomian global melambat akibat krisis di Eropa.

Menatap tahun 2013 ini, kata Mahendra, pemerintah tetap optimistis bisa menjaga pertumbuhan ekonomi secara sehat. Namun ada persoalan yang harus diwaspadai. Di antaranya adalah melemahnya pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2012 dan tingginya inflasi Januari 2013.

Menurut Mahendra, pertumbuhan ekonomi triwulan IV biasanya tergolong tinggi dibandingkan tiga triwulan lainnya. Namun pada tahun 2012, berbeda. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2012 turun 1,45 persen dibandingkan triwulan III-2012.

Sementara inflasi bulanan yang biasanya di bawah 1 persen, justru melambung sampai 1,03 persen pada Januari 2013. Pemicu utamanya adalah tingginya harga bahan pangan. Kontribusinya mencapai 80 persen dari angka inflasi Januari 2013.

Padahal, kata Mahendra, 50 persen konsumsi masyarakat berpendapatan rendah dialokasikan untuk pangan. Artinya, persoalan inflasi bukan hanya berimplikasi pada pertumbuhan, tetapi juga menyebabkan persoalan pemerataan dan penanggulangan kemiskinan.

Mahendra berpendapat, inflasi di atas 1 persen tersebut lebih dari sekadar gejala musiman. Namun itu mengindikasikan adanya persoalan mendasar dan struktural yang harus diatasi.

”Oke kita tetap tumbuh sehat dan semua juga optimistis masih akan bisa bertahan. Tetapi lihat juga angka-angka yang menyertainya. Apa yang harus dicermati dan apa yang harus direspons dengan baik menghadapi ini supaya kemudian pertumbuhan yang masih kuat itu tidak semakin digerogoti dan akhirnya bisa menghilangkan momentum itu sama sekali,” kata Mahendra.

Mahendra melanjutkan, adalah defisit pada neraca perdagangan tahun 2012 dan keseimbangan primer Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun 2012.

Defisit neraca perdagangan tahun 2012 adalah 1,6 miliar dollar AS. Namun persoalannya bukan sekadar defisitnya, tetapi juga menyangkut tren di defisit perdagangan bulan-bulan terakhir tahun 2012 yang membesar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com