Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si Oranye Penarik Hati Saat Perayaan Tahun Baru Imlek

Kompas.com - 06/02/2013, 06:44 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jelang tahun baru Imlek, ada satu tanaman yang paling dicari oleh warga keturunan Tionghoa. Tanaman jeruk ini biasanya dipajang di rumah-rumah atau vihara dan ditempel dengan angpai pada buah-buah yang ada di tanaman tersebut.

Salah satu tempat yang menyediakan tanaman yang dikenal dengan nama Kum quat dan Chu sa ini berada di toko tanaman Flora Indah Lestari. Toko tersebut kerap memasok tanaman tersebut ke toko-toko kecil lain untuk dijual kepada pembeli.

Toko Flora Indah Lestari terletak di kavling DKI Blok 24 Nomor 8, Joglo, Jakarta Barat. Toko ini telah berdiri sejak 15 tahun lalu. Usaha ini dimiliki oleh Hesty, seorang wanita asal Sumedang yang menikah dengan Edy Kung, pria asal Guang Zhou, China. Dari perkenalannya inilah, pasangan suami-istri tersebut memulai usaha menjual tanaman hias berbuah jeruk untuk tahun baru Imlek.

Memasuki toko tanaman Flora Indah Lestari, terdapat barisan pohon-pohon jeruk dengan ketinggian dua meter yang tertata indah dan rapi. Tak sedikit buah jeruk jatuh ke tanah karena sudah matang dan tangkai yang rapuh. Buah yang telah berguguran tak diambil oleh pemilik tanaman karena memiliki rasa yang asam dan kecut sehingga tidak bisa dimakan.

"Jenis pohonnya kan ada dua. Yang buahnya orange namanya Chu sa, rasanya asam manis. Tapi untuk buah yang berwarna kuning dengan jenis Kum quat, jangan pernah dicoba. Rasanya sangat asam dan tidak bisa dimakan," kata Hesty.

Untuk memenuhi pesanan pembeli pada perayaan tahun baru Imlek kali ini, Hesty mendatangkan empat kontainer tanaman dari Guang Zou, China. Satu kontainer bisa memuat sebanyak 200 pohon berukuran jumbo atau seribu pohon ukuran kecil. Tahun lalu ia berhasil menjual sekitar 2.000 pohon pada perayaan tahun baru Imlek.

Harga jualnya tergantung ukuran pohon tersebut. Penjual memberikan pilihan ukuran mulai dari S, M, L, jumbo, superjumbo, dan super-super. Harganya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah per pohon.

"Kalau pembelinya kan masyarakat kepercayaan, ya. Biasanya dalam tradisi mereka, membelinya satu pasang, bukan satuan," kata Hesty.

Tanaman yang tersedia di toko tersebut mayoritas sudah dipesan oleh calon pembeli sejak tiga bulan menjelang Imlek. Pohon baru sampai di Indonesia 20 hari sebelum Tahun Baru Imlek supaya tidak layu dan mati.

Jenis tanaman hias ini tidak bisa ditanam di Indonesia. Jika dipaksakan dengan menanam di indonesia, buah yang dihasilkan tidak akan berwarna oranye atau kuning. Pohon tersebut akan berbuah dengan warna hijau dan kurang menarik untuk dipajang.

Sampai H-5 jelang tahun baru Imlek, pohon yang tersisa di toko tersebut tinggal 60 pohon dari ribuan pohon yang telah disediakan. Mayoritas pembeli memilih ukuran S, M, atau L untuk dipajang di rumah mereka.

Lili, salah satu pembeli yang tinggal di kompleks Kehutanan, sengaja mendatangi toko tanaman tersebut untuk membeli pohon jeruk hias. Ia membeli satu pohon berukuran S untuk dipajang di meja tamu rumahnya. Bentuk dan warnanya yang indah dan menarik membuat Lili sering membeli tanaman kecil berbuah bundar tersebut.

"Saya beli satu saja, buat pajangan doang. Pohon kayak gini kan juga enggak tahan lama, beda iklimnya, makanya sekarang cuma beli satu," ujar Lili.

Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, buah jeruk merupakan lambang limpahan rezeki. Warnanya yang oranye atau kuning mirip dengan warna emas dan menjadi salah satu faktor buah jeruk menjadi tanaman hias saat tahun baru Imlek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com