Jakarta, Kompas
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, di Jakarta, Jumat (1/2). ”Inflasi Januari tahun 2011 sebesar 0,89 persen, Januari 2010 justru deflasi 0,84 persen, dan Januari 2009 juga deflasi 0,07 persen. Jadi inflasi awal tahun ini adalah inflasi terbesar dalam empat tahun. Ini seharusnya menjadi fokus perhatian pemerintah. Harus ada upaya untuk mengendalikan inflasi,” katanya.
Dia menjelaskan, tingginya inflasi di bulan Januari karena lonjakan harga sejumlah komoditas, seperti sayuran, daging ayam, cabai, dan bawang merah. ”Kenaikan harga juga dipicu hajatan di bulan Januari. Untuk telur dan ayam, kenaikannya disebabkan karena peralihan dari daging sapi, yang sampai saat ini harganya masih tinggi,” ujarnya.
Kelompok bahan makanan menjadi penyumbang terbesar inflasi. Hal itu terlihat dari kenaikan indeks pengeluaran bahan makanan yang tercatat paling tinggi yakni 3,39 persen.
Menurut data BPS, dari 66 kota, 62 kota mengalami inflasi, dan sisanya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi, menurut dia, terjadi di daerah Sibolga sebesar 3,76 persen dan Sampit 2,91 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Pontianak sebesar 0,01 persen. Sementara di Manokwari dan Sorong, terjadi deflasi masing-masing 0,98 persen dan 0,75 persen.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, cuaca ekstrem selama bulan Januari telah mengakibatkan gangguan distribusi. Hal itu berdampak pada kenaikan biaya produksi, serta kenaikan tingkat kerusakan barang. ”Makanya harga cenderung naik, terutama produk pangan segar seperti buah dan sayuran,” ujarnya.