Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembangan Transjakarta Dinilai Melenceng

Kompas.com - 30/01/2013, 04:19 WIB

Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso saat menghadiri acara sembilan tahun transjakarta, 15 Januari lalu, mengatakan, penyelenggaraan bus transjakarta dalam lima tahun terakhir sudah banyak yang menyimpang dari konsep dasar. Di antaranya, konsep integrasi dan koneksitas bus pengumpan atau feeder dalam jalur bus transjakarta.

”Konsep yang ada sudah banyak melenceng dari konsep awal sehingga penyelenggaraan bus transjakarta makin menurun. Seharusnya pemerintah provinsi mengembalikan penyelenggaraan itu ke konsep dasarnya,” kata Sutiyoso.

Menurut Sutiyoso, pembangunan jaringan transportasi massal berbasis bus atau dikenal busway harus terbangun seluruhnya, sekitar 15 koridor. Setelah semua koridor terbangun, barulah diintegrasikan dengan pembangunan moda lain. Seperti halnya monorel, yakni greenline melayani penumpang di kawasan perkantoran dan pusat kota, sedangkan blueline khusus untuk warga dari Tangerang dan Bekasi, serta mass rapid transit (MRT) atau kereta api di bawah tanah.

”Terintegrasi tidak berarti bus kota lain bisa masuk ke jalur bus transjakarta. Kopaja, metromini, bus besar, dan apa pun busnya, termasuk feeder, tidak boleh masuk jalur bus transjakarta,” kata Sutiyoso.

Pengamat yang juga pengguna setia bus transjakarta, Darmaningtyas, menambahkan, dalam jaringan transportasi tetap dibutuhkan angkutan reguler di jalur yang sama dengan yang dilalui angkutan massal.

”Pengguna angkutan massal dan angkutan reguler di Jakarta itu beda tipikal. Naik mikrolet bisa untuk jarak amat dekat yang tak terlayani bus transjakarta atau kereta api. Di sisi lain, naik angkutan reguler tetap lebih murah ongkosnya. Jadi, biarkan ada beragam angkutan umum menjadi pilihan bagi warga. Yang perlu dibatasi adalah penggunaan kendaraan pribadi,” katanya.(PIN/NEL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com