Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Cuaca Ekstrem, Dunia Usaha Merugi Rp 60 Miliar Per Hari

Kompas.com - 12/01/2013, 06:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Akibat cuaca ekstrem imbas siklon Narelle yang menimbulkan gelombang tinggi di jalur penyeberangan Merak-Bakauheni serta banjir yang memutus ruas jalan Tol Jakarta-Merak, dunia usaha merugi. Besar kerugian diperkirakan Rp 60 miliar per hari.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan Distribusi dan Logistik, M Natsir Mansyur, mengatakan, kerugian dunia usaha selain akibat tambahan biaya yang ditanggung pengusaha, seperti uang makan sopir dan pengeluaran lain selama menunggu, juga biaya akibat kerusakan barang.

"Gangguan distribusi seperti ini bisa memengaruhi kenaikan harga barang berkisar 15-20 persen," kata Natsir di Jakarta, Jumat (11/1/2013).

Sampai malam, antrean truk pengangkut berbagai barang dan komoditas menuju Jawa lewat Pelabuhan Bakauheni, Lampung, semakin parah. Antrean mengular sampai sekitar 11 kilometer ke luar pelabuhan, di antaranya ke ruas jalan lintas timur dan pantai timur Sumatera.

Sopir-sopir truk yang ditemui menyatakan khawatir terhadap barang bawaan yang bisa rusak karena harus antre lebih dari sehari semalam. Pada pukul 20.00, Kapal Motor Jatra III harus berputar tiga kali dan butuh waktu 1,5 jam untuk sandar di dermaga. Akibatnya, antrean malam hari bakal panjang.

Arus lalu lintas di jalan Tol Jakarta-Merak sudah mulai mencair meskipun masih tersendat, terutama di kilometer 57-59. Hal ini disebabkan puluhan warga Desa Undarandir, Kecamatan Kragilan dan Picon, Kecamatan Kibin, Kabupaten Serang, Banten, masih bertahan di tepi jalan Tol Jakarta-Merak. Permukiman mereka disebutkan masih tergenang 0,5-1,5 meter.

Ada sebagian warga yang mulai kembali ke permukiman untuk membersihkan rumah dan barang-barang. "Saya dan keluarga baru akan kembali ke rumah setelah banjir benar-benar surut. Saat ini, rumah saya masih tergenang air setinggi 1 meter," kata Rochmat (35), yang dinding rumahnya jebol terkena banjir.

Dari pantauan, air yang menggenangi ruas di kilometer tersebut surut dan tinggal menggenangi lahan dan sawah yang berada di kanan dan kiri jalan. Sebelumnya, ruas tersebut terendam air hingga 80 sentimeter.

Menurut Sutopo Purwo dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Pusat, sampai sekarang, ruas jalan tol tersebut sudah empat kali terendam banjir. Ini karena kerusakan dan degradasi daerah aliran Sungai Ciujung. Karena itu, meski sudah ditanggul di daerah Kragilan, kapasitasnya masih kurang.

Wiwiek D Santoso, Direktur Utama PT Marga Mandala Sakti, pengelola jalan Tol Tangerang-Merak, mengatakan, sebagian jalan tol dibuka untuk kendaraan besar. Kendaraan kecil sementara belum diperbolehkan karena masih ada genangan di beberapa tempat.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Banten Suyadi Wiraatmadja mengatakan, debit air Sungai Ciujung berangsur turun. Pada waktu puncak banjir, debit air sungai itu 2.600 meter kubik per detik, kini tinggal 700 meter kubik per detik.

60 persen penyeberangan

Menurut Natsir, besarnya kerugian ekonomi juga tak lepas dari peran ruas jalan Tol Jakarta-Merak yang merupakan jalur utama pengiriman barang dari kawasan industri di Cilegon dan Serang menuju Jakarta dan wilayah Jawa lainnya.

"Pengiriman bahan baku ke industri-industri hulu di Cilegon tak jadi masalah karena banyak disuplai lewat jalur laut. Namun, pengiriman produk dari industri di Cilegon, seperti produk olahan petrokimia, ke industri pengguna di arah Jakarta dan sekitarnya terganggu karena putusnya jalan tol," katanya.

Natsir menambahkan, gangguan keterlambatan pengiriman barang memiliki rentetan panjang karena membuat biaya tambahan, apalagi kalau yang terlambat dikirim bahan baku bagi industri yang berorientasi ekspor. Pelaku usaha dapat kena denda karena terlambat mengirimkan barang.

Hingga kini, kata Natsir, sebanyak 60 persen distribusi barang dari Jawa menuju Sumatera, dan sebaliknya masih mengandalkan lintas penyeberangan Merak-Bakauheni, termasuk melintasi jalur darat ruas jalan Tol Jakarta-Merak. Sisanya, 40 persen, dikirim melalui jalur laut.

Jalur Merak-Bakauheni dan Jalan Tol Merak sangat penting. Oleh karena itu, Natsir mengatakan, diperlukan alternatif bagi proses distribusi agar tak hanya bergantung pada Merak-Bakauheni dan jalur darat.

"Salah satunya, mengembangkan pelabuhan-pelabuhan kecil yang dapat disinggahi kapal berbobot mati 1.500-3.000 ton untuk distribusi barang dari Sumatera dan juga kawasan timur Indonesia. Jika program ini berjalan, beban distribusi yang selama ini lewat Bakauheni-Merak dan jalur darat dapat dikurangi hingga 30 persen," katanya.(NMP/JON/HEN/WER/RIZ/CAS/ARN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com