Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Teroris Poso Ditembak di NTB

Kompas.com - 06/01/2013, 04:21 WIB

 

MATARAM, KOMPAS - Lima terduga teroris Poso tewas ditembak Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri di Kabupaten Dompu dan Bima, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Jumat dan Sabtu (4-5/1). Diduga mereka bagian dari tujuh terduga teroris asal Poso yang lari ke Sumbawa.

Satu terduga teroris lainnya melarikan diri saat hendak ditangkap polisi, sedangkan satu lainnya belum diketahui keberadaannya.

Lima terduga teroris tersebut ditembak dalam penggerebekan di dua tempat yang berbeda. Dua terduga teroris ditembak dalam penggerebekan di Desa Manggenae, Kabupaten Dompu, yang berbatasan dengan Kabupaten Bima, Jumat sekitar pukul 18.00. Mereka bernama Roy dan Bahtiar. Tiga orang lainnya ditembak dalam penggerebekan di Desa Kandai, Bima, Sabtu pagi. Identitas mereka belum diketahui.

Kapolda NTB Brigjen (Pol) Mohammad Irawan, kepada pers, Sabtu petang, di Mataram, mengatakan, lima terduga teroris tersebut ditembak mati karena melawan. Bahkan, ada di antara mereka yang memasang bom siap meledak di badannya. Di lokasi penggerebekan, polisi menemukan bahan-bahan merakit bom dan senjata api jenis FN.

Irawan mengatakan, kelima jenazah terduga teroris tersebut langsung dibawa melalui darat dari Bima dan diterbangkan melalui Bandara Internasional Lombok, Sabtu, dan sorenya ke Jakarta. Dia mengatakan, identitas para pelaku akan diungkapkan oleh Mabes Polri di Jakarta.

Dengan adanya peristiwa itu, Kepala Polda NTB menyatakan, wilayah Pulau Sumbawa dari Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Barat, hingga Pelabuhan Sape, Bima, berstatus Siaga I.

Secara terpisah, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Boy Rafli Amar, di Jakarta, membenarkan bahwa lima terduga teroris yang tewas dalam penggerebekan di NTB itu merupakan jaringan Poso.

Waspada

Gubernur NTB Zainul Majdi menyatakan, berdasarkan informasi, ada indikasi para terduga teroris itu mendapat bantuan masyarakat, yang tidak tahu dan berprasangka baik membantu musafir ataupun orang yang bepergian yang singgah di desa mereka. Namun, dengan adanya peristiwa ini, masyarakat diajak melakukan gerakan kultural yang ”membuat tidak nyaman” oknum yang dicurigai membawa anasir terorisme di NTB.

Zainul juga menginstruksikan kepada bupati dan wali kota hingga aparat desa untuk mewaspadai adanya anasir yang akan mengganggu ketertiban dan ketenteraman di NTB.

Kapolres Enrekang dan Tan Toraja juga mewaspadai masuknya teroris dan gerakan te-rorisme ke daerah pegunungan di daerahnya. Upaya itu dilakukan dengan melaksanakan razia senjata tajam dan bahan peledak bagi pengendara yang melintas di Jalan Trans-Sulawesi. Dari hasil razia tersebut, polisi menyita puluhan senjata tajam.

Kepala Polres Enrekang Ajun Komisaris Besar Ika Waskita mengatakan, puluhan senjata tajam jenis badik disita dari sebuah mobil yang ditumpangi sejumlah warga Papua. ”Pemilik mobil mengaku, puluhan badik itu akan dibawa ke Papua untuk keperluan berkebun,” ujarnya.

Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan dan Barat Kombes Endy Sutendi mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan Densus 88 Antiteror Polri, Sulsel menjadi salah satu tujuan pelarian jaringan teroris Poso. ”Sulsel dianggap cocok karena memiliki daerah pegunungan di Enrekang dan Tana Toraja,” ujarnya.

Indikasi masuknya jaringan terorisme Poso ke Makassar diawali saat polisi membekuk Awaluddin Nasir (23) yang melemparkan benda mirip bom ke arah Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo pada 11 November. (RUL/RIZ/faj)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com