Tegal, Kompas -
Ketua Kelompok Ikan Asin Cahaya Semesta Kota Tegal Gunaryo, Jumat (28/12), mengatakan, sejak dua pekan lalu pasokan ikan dari tempat pelelangan ikan berkurang. Rata-rata volume ikan yang dilelang di pelabuhan hanya sekitar 80 ton per hari, padahal sebelumnya pasokan ikan bisa lebih dari 200 ton per hari.
Saat ini ada 73 usaha ikan asin dengan kebutuhan bahan baku sekitar 200 ton per hari. Selama ini bahan baku diperoleh dari ikan basah yang sudah diberi garam sejak dari kapal jenis purse seine (pukat cincin).
Gunaryo mengaku hanya mendapat pasokan sekitar 2 ton ikan basah per hari untuk produksi sekitar 4 ton ikan asinnya. ”Karena sedikit, perajin mengurangi produksi, bahkan ada yang tak produksi,” katanya.
Pemilik industri pengeringan ikan asin yang tak berproduksi di antaranya yang tak bisa mendapat bahan baku ikan basah. Untuk sementara, mereka cuma membenahi papan tempat penjemuran ikan.
Kondisi serupa dialami Wandi (39), pemilik usaha filet. Saat ini, dia hanya mendapat pasokan sekitar 6,5 kuintal ikan per hari. Selama ini, pasokan yang diperolehnya sekitar 1,8 ton per hari.
Kini, ia mengurangi produksinya. Akibatnya, 25 tenaga kerjanya hanya bekerja setengah hari. ”Sekarang nombok biaya makan,” katanya menambahkan.
Meskipun tangkapan ikan berkurang, harga ikan justru naik. Gunaryo mencontohkan harga bahan baku ikan asin yang naik dua kali lipat dari sebelumnya. Ikan tanjan, misalnya, naik dari Rp 2,5 juta per 500 kilogram (kg) atau sekitar Rp 5.000 per kg menjadi Rp 5 juta per 500 kg atau Rp 10.000 per kg. Harga ikan banyar juga naik dari Rp 18.000 per kg menjadi Rp 24.000 per kg. Demikian juga ikan asin jenis layang, yang naik menjadi Rp 13.000 per kg dari sebelumnya Rp 9.000 per kg.
Dampak lain adalah sulitnya perajin ikan asin memenuhi permintaan konsumen, di antaranya dari Jakarta, Bandung, dan Medan. Padahal, permintaan konsumen bisa sampai 4 ton per hari.