Atambua, Kompas
Koordinator Forum Lembaga Swadaya Masyarakat Belu Yunius Koi Asa, di Atambua, Selasa (18/12), mengatakan, sebelumnya pelaku menggunakan jeriken terisi hingga ratusan liter yang ditumpuk di rumah pribadi, kemudian diseberangkan ke perbatasan lewat jalur tikus.
”Biasanya pelaku penyelundupan bahan bakar minyak bersubsidi di perbatasan RI menggunakan jeriken. Mereka melakukan koordinasi atau kontak lewat telepon seluler. Mereka lalu janji bertemu di titik tertentu, menegosiasi harga, cara mengangkut barang, dan waktu yang tepat menyeberangkan bahan bakar itu agar tidak terpantau aparat keamanan,” kata Asa.
Namun, cara ini mudah diungkap aparat keamanan. Sejumlah pelaku ditangkap dan diproses hukum. Barang bukti berupa BBM disita.
Tiga pekan terakhir ini, pelaku menggunakan sepeda motor bertangki besar, antara lain Tiger dan GL Pro, dengan kapasitas muatan BBM sampai 25-30 liter. Sepeda motor sering dipreteli sehingga memiliki tangki khusus dengan kapasitas muatan BBM sampai 50 liter.
”BBM itu langsung diisi di dalam tangki sepeda motor di
Jenis BBM yang diselundupkan adalah bensin dan solar. Dua jenis BBM ini dijual dengan harga Rp 15.000 per liter.
Pastor Paroki Atapupu, perbatasan RI-Timor Leste, Greg Giri Pr mengatakan, penyelundupan juga melalui laut dengan menggunakan perahu tradisional di sejumlah titik di pantai Atapupu menuju pantai Batugade, Timor Leste. Penyeberangan BBM biasanya dilakukan pukul 23.00-03.00 Wita.
Wakil Kepala Polres Belu Komisaris Polisi Riwanto Yuwono mengatakan, jumlah aparat keamanan terbatas. Panjang perbatasan RI-Timor Leste 600 km lebih, sulit dipantau tiap saat di setiap titik. Masyarakat diimbau ikut membantu petugas keamanan mengatasi masalah ini.