BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com- Plankton C. polykrikoides yang memerahkan sebagian perairan Teluk Lampung, disebut fenomena "Red Tide", ternyata mengandung toksin atau racun. Hal itu diungkapkan Muawanah, Penyelia Laboratorium Kualitas Air Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BPPL) Lampung dalam siaran persnya, Minggu (16/12/2012).
"C. polykrikoides mengandung toksin paralitik (PSP), neurotoksik (NSP), hemolitik, dan hemagglutinating. Toksin-toksin tersebut efektif terakumulasi secara terus menerus dalam daging biota filter feeder (kekerangan) yang ada di lokasi blooming.
Daging kerang yang mengandung toksin itu apabila dikonsumsi akan menyebabkan kepala pusing, nyeri persendian, kram pada bibir dan lidah, kejang, dan tingkat keracunan yang lebih serius," paparnya.
Namun, menurutnya, daging ikan-ikan yang mati akibat blooming spesies plankton atau alga merah itu masih aman dikonsumsi. "Tetapi, sebaiknya bagian kepala ikan tidak tidak ikut dimakan karena dikhawatirkan ada akumulasi plankton tersebut pada insang," tuturnya.
Sepekan terakhir, sebagian wilayah perairan di Teluk Lampung, antara lain di Ringgung, berubah warna menjadi coklat kemerahan akibat meledaknya populasi plankton ini. Ikan-ikan, khususnya budidaya, di wilayah ini mati lemas.
Bila terkena kulit, menurut Muawanah, plankton dalam jumlah besar ini juga dapat menimbulkan gatal-gatal. Maka, untuk sementara waktu, warga diimbau tidak berenang di kawasan perairan yang mengalamu red tide itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.