Padang, Kompas -
Hari pertama perbaikan, warga membongkar baut karatan untuk melepas kawat baja yang terputus sejak Juni tahun lalu. Meski sedang diperbaiki, warga tetap melintasi jembatan itu. Sebab, jembatan itu merupakan akses satu-satunya yang paling pendek menuju Kota Padang. Ada jalan setapak, tetapi harus memutar jauh dan turun naik lewat punggungan Bukit Barisan.
Usman Sikumbang (44), warga Pintu Gabang, mengaku tidak sabar menunggu janji pemerintah yang akan merealisasi perbaikan jembatan tersebut. Sebab itu, ia harus bekerja bakti. Dengan peralatan seadanya Usman dan warga lain tetap semangat. ”Kami harus perbaiki jembatan gantung ini karena kami butuh untuk anak-anak sekolah,” ujarnya.
Putusnya salah satu kawat baja jembatan itu membuat badan jembatan yang semula datar menjadi vertikal. Warga pun terpaksa meniti kawat baja yang tersisa sambil berpegang pada jalinan kawat di atasnya. Padahal, jembatan gantung itu sepanjang 20 meter dan setinggi lima meter dari Batang (Sungai) Kuranji di bawahnya.
Menurut warga Lubuk Perahu, Nurtias (63), jembatan yang rusak itu pernah memakan korban, yaitu murid SD. Ia jatuh ke semak-semak di pinggir sungai. ”Syukur anak itu ditolong ayahnya yang mendampingi,” katanya. Hal ini menyebabkan banyak anak SD membolos jika banjir.
Wali Kota Padang Fauzi Bahar menyatakan, pemerintah akan membangun jembatan baru tahun depan. Namun, lahan di sekitar jembatan masih sengketa sehingga harus dimediasi.
Di Sumatera Utara, lantai jembatan bailey, jembatan sementara pengganti jembatan Aek Rantopuran, Mandailing Natal, yang runtuh Februari lalu mulai keropos. Akibatnya, jembatan tak bisa dilalui. Kendaraan besar harus memutar 5 kilometer jika ingin menuju Sumatera Barat.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Mandailing Natal Harlan Batubara mengatakan, pihaknya terus memperbaiki jembatan keropos tersebut. Ia berharap jembatan itu dipelihara Balai Besar Pelaksanaan Jalan. (INK/WSI)