Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PSK ABG di Manado Biasa "Mangkal" di Sini...

Kompas.com - 29/11/2012, 13:11 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com — Praktik prostitusi yang dijalani para pelajar SMA di Kota Manado memang tidak sevulgar para pekerja seks komersial (PSK) pada umumnya. Membutuhkan usaha dan trik tersendiri ketika ingin menggunakan jasa para PKS yang umumnya masih ABG (anak baru gede) itu. Sebab, dalam keseharian, mereka tidak ada bedanya dengan para pelajar lainnya.

"Dari luar mereka terlihat anak sekolah yang baik-baik," ujar FT yang menjadi penghubung Kompas.com menelusuri keberadaan mereka di Manado beberapa waktu lalu.

Para pelajar putri yang mempraktikkan kerja sambilan sebagai PSK, selain sering mangkal di mal, juga menjadikan tempat permainan biliar menjadi tempat mangkal. "Yang sering datang ke sini biasanya yang lebih berani dari yang di mal-mal," jelas FT di tempat biliar di salah satu kawasan bisnis Boulevard Manado.

FT lalu menjelaskan ciri-ciri para "PSK ABG" yang siap menerima bayaran untuk bisnis tersebut. "Mereka tetap berseragam. Coba perhatikan sekelompok siswa yang sedang main biliar di sana, yang dandanannya terlihat sedikit seksi, mereka itulah yang bisa diajak," jelas FT sambil menunjuk empat siswi yang masih berseragam sedang bermain di sebuah meja biliar.

Para lelaki hidung belang yang ingin mengajak mereka kencan biasanya meminta bergabung bermain bersama. Di saat bermain itulah tawar-menawar dilakukan. Jika harga disepakati, FT sebagai penghubung yang akan mengatur lokasi selanjutnya.

"Kalo cuma mo satu kali, 5 ra jo om, mar kalo suka lebe dua kali lipat (Untuk sekali main tarifnya Rp 500.000, tapi kalau mau lebih tarifnya dua kali lipat)," ujar GL, salah satu siswi di meja biliar itu.

Menurut FT, jika sudah deal, biasanya mereka menggunakan hotel yang ada di daerah Malalayang. PSK ABG alias "ayam putih abu-abu" yang sudah di-booking akan diantar oleh FT, dan kemudian menungguinya. "Saya harus menjaga mereka, takut terjadi apa-apa," ujar FT.

Lebih mengejutkan lagi, praktik ini tak jarang dilakukan di saat jam sekolah. Membolos menjadi pilihan utama. Mereka masih menggunakan seragam ketika menuju tempat biliar untuk transaksi. Tetapi, ketika sudah deal harga, mereka mengganti baju seragam dengan pakaian yang memang sudah dipersiapkan dari rumah.

Ketika ditanya apa tidak takut ketahuan orangtua, GL menjawab bahwa orangtuanya berada di kampung, sedangkan dirinya indekos di Manado. "Kita ja bekeng ini karena ortu nintau, kalu dia tahu bisa mati kita (Saya melakukan ini karena tidak diketahui orangtua, kalau sampai ketahuan saya bisa celaka)," tambah GL.

Kebutuhan akan uang menjadi alasan utama GL bersama rekan-rekan lainnya melakukan praktik ini. Di samping untuk memenuhi kebutuhan hidup di kota, uang yang didapat juga dipakai untuk membeli berbagai gadget.

Lalu, seakan tak takut dengan penyakit yang mengintai, para "ayam putih abu-abu" ini mengaku jarang menggunakan kondom. "Tamu ndak ja suka kalo torang minta pake kondom (Tamu tidak suka kalau kami minta pakai kondom)," ujar GL sambil tersipu.

***
Baca Juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com