Jakarta, Kompas -
”Mulai Oktober lalu, 2.726 sarjana yang ikut SM3T disebar ke 34 kabupaten di enam provinsi tambahan,” kata Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Supriadi Rustad, Rabu (21/11), di Jakarta.
Enam provinsi tambahan tersebut adalah Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Maluku.
Supriadi mengatakan, SM3T bukan program perekrutan guru, melainkan sarjana-sarjana pendidikan ditugaskan untuk mengajar di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal selama setahun. Setelah selesai, mereka kemudian diperkenankan untuk ikut pendidikan profesi guru (PPG) selama setahun. Setelah selesai PPG, mereka diprioritaskan untuk menjadi guru.
Samiaji Sapto Wibowo, salah satu peserta dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, yang ditugaskan di Aceh, mengatakan, situasi pendidikan di luar Jawa sangat berbeda. Selain fasilitas minim, informasi juga sangat terbatas sehingga guru harus kreatif dalam mengajar.
Aprisal Al Nahli, lulusan Universitas Negeri Makassar yang ditugaskan di Papua, mengatakan, banyak anak cerdas di daerah terpencil. Namun, selama ini fasilitas pendidikan dan kualitas guru sangat terbatas.
”Jika diberikan pendampiangan yang memadai, semangat mereka untuk mengikuti pendidikan sangat tinggi,” kata Aprisal.(LUK)