Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Tanam Padi di Pantura Belum Merata

Kompas.com - 01/11/2012, 02:51 WIB

CIREBON, KOMPAS - Hujan sudah mulai turun dalam sepekan terakhir di wilayah pantai utara Jawa Barat, salah satu sentra beras, tetapi belum semua petani di wilayah itu berani memulai musim tanam. Pasokan air dinilai belum memadai untuk memulai musim tanam.

Dari pengamatan Kompas, baru beberapa daerah di Kabupaten Kuningan, Cirebon, dan Majalengka yang sudah memulai musim tanam. Daerah-daerah itu terutama yang dialiri oleh saluran irigasi primer.

Sebagian petani di Kecamatan Talun, Sumber, dan Ciwaringin di Cirebon, misalnya, sudah mengelola dan menanami lahan mereka. Begitu pula hamparan padi di Kecamatan Cilimus, Kuningan, yang sebagian sudah berusia dua pekan, serta di Kecamatan Sindangwangi, Majalengka. Namun, masih lebih banyak lagi daerah yang belum memulai musim tanam.

Uja (40), petani di Ciwaringin, mengatakan, ia beruntung karena mendapatkan suplai air dari Sungai Ciwaringin yang mengalir dari Majalengka melintasi daerahnya. Seperti pada Rabu (31/10), aliran air irigasi di kawasan itu memang relatif lebih lancar dibandingkan dengan daerah lain di pesisir, seperti Kecamatan Kapetakan dan Suranenggala.

Di dua kecamatan di wilayah pesisir Cirebon itu, hamparan sawah masih kering kerontang. ”Hujan baru turun dua kali di sini. Sawahnya belum berani ditanami,” ucap Kasmun di Desa Bongko, Kecamatan Kapetakan.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Jatiwangi Effendi, yang membawahi daerah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan, mengatakan, idealnya musim tanam di wilayah itu dimulai pada akhir November sampai Desember. Pada rentang waktu itu, hujan diperkirakan sudah rutin turun. Pasokan air untuk pertanian relatif lebih terjaga dibandingkan jika menanam pada akhir Oktober atau awal November.

”Awal musim hujan di wilayah pantura memang diperkirakan terjadi pada dasarian (10 hari) terakhir Oktober atau dasarian pertama November. Namun, hujan yang turun memang belum merata dan tidak kontinu,” kata Effendi.

Ia mengatakan, pada peralihan musim kemarau ke musim hujan seperti akhir Oktober ini, cuaca panas memang masih dominan di wilayah utara Jawa. Angin panas dari timur atau dari arah Autralia masih mendominasi sehingga suasana panas masih amat terasa. ”Awan kumulus nimbus yang membawa air hujan sebenarnya sudah mulai berkumpul sehingga timbul mendung. Namun, angin timur yang mendominasi sering kali menghalau awan itu dan hujan belum jadi turun,” katanya.

Di Jakarta, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Udhoro Kasih Anggoro mengatakan, dari hasil survei yang dilakukan BPS, data produksi dan konsumsi beras nasional terbaru sudah tersedia di BPS. Namun, pihaknya tidak tahu apakah BPS akan mengumumkannya sekarang atau ada pertimbangan lain.

”Data produksi dan konsumsi sudah jelas oleh BPS dan hasil dari suvei. Begitu pula dengan data luas baku sawah berikut perbaikan metodologi penghitungannya,” katanya.

Adapun Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan Haryono mengatakan, data konsumsi per kapita beras orang Indonesia mengacu hasil survei BPS sebesar 112 kg per kapita per tahun.(REK/SIR/ODY/ENY/MAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com