Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habema-Trikora, Elok di Atas Awan

Kompas.com - 29/10/2012, 11:55 WIB

Meski demikian, kawasan di sekitar Danau Habema masih menyimpan keunikan keanekaragaman hayati. Padang di sekeliling danau ditumbuhi berbagai tanaman yang hanya bisa ditemukan pada iklim dataran tinggi, seperti pakis palem (Cycas sp), pohon sage (Nothofagus), edelweis (Leontopodium alpinum), dan berbagai jenis lumut gunung.

Mathieu (28) dan Armelle (29), pasangan turis asal Perancis yang turut serta dalam perjalanan, terpukau melihat lanskap pegunungan dan vegetasi yang hidup di sekitar Danau Habema. ”Suasananya mirip di selatan Perancis,” ujar Mathieu.

Selain vegetasi, berbagai jenis satwa juga terlihat di Habema. Di antaranya, sekawanan bebek liar (Anas platyrhynchos) yang tengah bermain-main di permukaan danau dan tiga ekor puyuh salju (Anurophasis monorthonyx) saat mereka berjalan menuju semak-semak lebat yang tumbuh di tebing gunung.

Perjumpaan dengan puyuh salju itu bisa dibilang istimewa. Inilah satwa endemis pegunungan tengah Papua yang hanya hidup di ketinggian 3.000-4.200 mdpl. Lembaga International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkannya dalam kategori ”nyaris terancam punah” karena populasinya yang menurun.

Namun, ada beberapa satwa unik yang dulu sering ditemukan di sekitar Habema, tapi kini sudah sulit sekali terlihat. Program Manager Lorentz WWF Indonesia Petrus A Dewantoro, mengatakan, wilayah Habema juga dulunya merupakan habitat kanguru pohon (Dendrolagus sp). ”Sekarang hewan itu sudah sulit sekali ditemui,” katanya.

Jimmi menambahkan, hal serupa juga terjadi pada burung cendrawasih elok (Macgregoria pulchra) yang seolah menghilang. Padahal, beberapa tahun lalu burung cantik nan langka itu masih dengan mudah dijumpai beterbangan di hutan-hutan di jalan akses Wamena-Habema.

Ancaman

Seperti di banyak tempat lain, hutan-hutan yang menjadi habitat alami satwa di TN Lorentz juga mulai terusik. Saat perjalanan dari Wamena menuju Habema, kondisi merisaukan itu terlihat dengan telanjang.

Suara gergaji mesin pembalak liar yang memekakkan telinga tak hentinya bersahut-sahutan. Puluhan pondok penebang kayu berdiri di kanan-kiri jalan dengan kayu-kayu hasil tebangan yang siap didistribusikan.

Jimmi mengatakan, maraknya penebang liar itu berbarengan dengan pengerasan jalan yang dilakukan sekitar setahun terakhir ini. Jalan yang mudah diakses ditengarai membuat makin banyak orang bisa leluasa masuk hutan untuk mengambil kayu.

Pembangunan jalan tersebut juga dikhawatirkan membawa dampak negatif buat Danau Habema. Dua jalan paralel yang saat ini tengah dibangun itu berpotensi memutus jalur hidrologi danau yang berada di tengah. ”Hal ini dikhawatirkan bisa membuat debet danau menyusut,” kata Jimmi.

Tebersit sebuah keprihatinan di sela deru pembangunan fisik di Bumi Cenderawasih....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com