Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raung Keluarkan Hujan Abu dan Gemuruh

Kompas.com - 29/10/2012, 03:05 WIB

Banyuwangi, Kompas - Gunung Raung di Jawa Timur terus aktif. Hujan abu tipis sempat terjadi di Kabupaten Bondowoso. Warga di perkampungan terdekat dari Puncak Raung di Kabupaten Banyuwangi dan Jember juga mendengar suara gemuruh. Warga kini membentuk sistem pengamanan keliling mewaspadai bencana Raung.

Pada Minggu (28/10), petugas pengamat gunung api kesulitan memantau Raung secara visual karena puncak gunung tertutup awan tebal. Namun, data seismograf menunjukkan, gempa tremor terus-menerus terjadi dengan amplitudo rata-rata 20-25 mm dan maksimal 32 mm.

Menurut Balok Suryadi, petugas pengamat gunung api, sepanjang tiga hari ini, aktivitas Gunung Raung meningkat. Hujan abu terjadi di Desa Plalangan, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso, Kamis (25/10).

Suara gemuruh juga terdengar di sejumlah desa yang posisinya dekat dengan puncak Raung, yakni Desa Sumberjambe, di Kabupaten Jember. Desa ini terletak 10 km dari puncak Raung. Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengatakan, suara gemuruh sudah didengar sejak Kamis (18/10) hingga Selasa (23/10).

Suara gemuruh juga terdengar di Dusun Pringgondani, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Dusun itu merupakan perkampungan terdekat dengan puncak Raung. Jaraknya hanya 8 km dari puncak. ”Suara gemuruh terdengar sampai di pos pemantauan di Sumberarum, pada Sabtu (27/10) lalu, sekitar pukul 14.00,” kata Balok.

Masyarakat kini telah membentuk sistem keamanan keliling sebagai bentuk antisipasi terjadinya bencana gunung meletus. Kasiran (69), warga Sumberarum, mengatakan, setiap warga mendapatkan giliran berjaga sepekan sekali. Mereka juga terus berkomunikasi dengan tim pemantau gunung api Raung untuk mendapatkan informasi terkini.

”Terakhir saya mengalami kondisi seperti ini tahun 1953, semua warga waspada. Kini kami mulai waspada lagi. Bergantian berjaga dan terus memantau kondisi gunung,” ujar Kasiran.

Hingga kini warga masih beraktivitas seperti biasa, tetapi aktivitas naik ke Raung mulai berkurang. Warga hanya mencari kayu bakar di sekitar perkampungan terdekat.

Juhariyanto, tokoh warga Sumbararum, mengatakan, masyarakat sudah mendapatkan sosialisasi langsung dari kepala dusun dan kepala desa. Selain mengaktifkan siskamling, warga juga menggunakan kentongan sebagai penanda bahaya. ”Saat bahaya datang, kentongan akan dipukul terus-menerus. Artinya, warga harus bersiap mengungsi,” katanya.

Jalur evakuasi juga telah dipetakan. Tempat pengungsian ditentukan di dua ring. Jika bencana meluas, warga digeser dari pengungsian pertama ke kedua.

Kendaraan pengangkut warga juga telah disiapkan, yakni mobil serta truk milik warga dan perusahaan perkebunan yang mempunyai area perkebunan di kaki Raung. (NIT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com