JAKARTA, KOMPAS.com - Terduga teroris yang ditangkap tim Datasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) di empat kota, ada yang berlatar belakang pendidikan strata satu atau sarjana. Hal itu disampaikan Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Polisi Suhardi Alius dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu (27/10/2012).
"Ada yang sarjana, ada yang buruh. Beberapa ada yang sarjana," kata Suhardi.
Namun dia tidak menyebutkan latar belakang pendidikan atau profesi 11 terduga teroris yang ditangkap Densus sejak kemarin malam hingga hari ini tersebut. Berdasarkan pemberitaan dari Madiun, Jawa Timur, seorang terduga teroris yang ditangkap di Madiun yakni Agus Anton diduga merupakan sarjana Fisika dari Universitas Negeri Jember. Anton ditangkap di Madiun bersama Warso alias Kurniawan. Keduanya merupakan anggota kelompok baru yang menamakan diri sebagai Haraqah Sunny untuk Masyarakat Indonesia (HASMI). Selain keduanya, tim Densus 88 menangkap sembilan orang terduga teroris lain di Solo, Jakarta, dan Bogor. Salah satu yang diamankan di Solo, yakni Abu Hanifah, diketahui sebagai pimpinan kelompok HASMI tersebut.
Selain Hanifah, mereka yang ditangkap di Solo adalah Harun dan Pujianto alias Ari alias Ahmadun. Kemudian yang ditangkap di Bogor adalah Emir atau Emirat, Zainuddin, dan Usman. Sementara di Palmerah, Jakarta, Densus 88 menangkap tiga terduga teroris yakni Azhar, Herman, dan Narto. Menurut Suhardi, 11 terduga teroris ini sudha menyiapkan bom siap pakai yang menyasar empat lokasi, yakni Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Plaza 89 di depan Kedutaan Besar Australia di mana ada Kantor Freeport di sana, dan Mako Brimob di Jalan Srondol, Jawa Tengah.
Berita terkait penangkapan terduga teroris di sejumlah lokasi dapat diikuti dalam topik:
Penangkapan Teroris di Empat Provinsi