MATARAM, KOMPAS.com- Banyaknya jenis ikan yang dilindungi terdampar dalam perjalanan berimigrasi, mensyaratkan perlunya kelompok penyelamat mamalia itu, guna menghindarinya dari kematian, sekaligus media pendidikan bagi penduduk yang cenderung mengeksekusi, lalu mengonsumsi dan menjual dagingnya.
"Dari segi edukasi, penyelamatan satwa terdampar, seperti paus dan hiu, kita harus lebih memahami pola migrasi dan tingkah laku mamalia itu," ujar Rofi Alhanif, Kepala Seksi Jejaring Konservasi Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Rabu (24/10/2-12) sore, di Mataram.
Rofi, saat rehat Konferensi Nasional VIII Pengelolaan Sumber Daya Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil, mengatakan, penyelamatan satwa liar ini baru sebatas kegiatan volunteer. Untuk terbentuknya secara formal kini dalam proses inisiasi dengan berbagai pihak.
Kelompok Penyelamatan Satwa Terdampar hanya di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, yang dibentuk tahun 2004.
Titik terdamparnya paus dan hiu meliputi Selat Bali, pantai selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dari total kejadian terdamparnya satwa itu, hanya 20 persen selamat.
"Sisanya mati, karena sesampai di darat sudah sekarat," ujar Windia Adnyane, Pemerhati Penyu dan Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Bali.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.