Di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, misalnya, unit kegiatan mahasiswa (UKM) dibentuk sebanyak-banyaknya sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. UKM sebagai kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa biasanya diikuti mahasiswa antarfakultas.
”Karena UKM diikuti mahasiswa antarfakultas, secara tidak langsung kebersamaan antarmahasiswa terjalin,” kata Rektor UGM Pratikno di Yogyakarta, Rabu (17/10).
Selain itu, untuk lebih mengenal dan menjalin kebersamaan, mulai tahun ini, mahasiswa baru UGM tidak langsung ditangani fakultas, tetapi memakai sistem gugus. Satu gugus terdiri atas mahasiswa 18 fakultas sehingga mahasiswa mengenal mahasiswa fakultas lain. ”Yang ingin kami bangun adalah solidaritas satu angkatan beda fakultas,” kata Pratikno.
Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, Triyogi Yuwono menyatakan hal senada. UKM cukup efektif membuat mahasiswa berbeda fakultas saling mengenal. ”Persoalan selanjutnya, mendorong mahasiswa ikut UKM sesuai dengan minatnya,” ujar Triyogi.
Untuk menambah kebersamaan, ITS juga kerap menjalin kegiatan bersama, seperti memecahkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) yang membutuhkan peran bersama sivitas akademika. ”Rasa bangga muncul jika berhasil memecahkan rekor Muri,” katanya menambahkan.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Rohcmat Wahab mengatakan, selain mengembangkan UKM, hal lain yang perlu ditekankan adalah menghilangkan rasa superioritas setiap fakultas.
”Pimpinan perguruan tinggi (PT) juga tidak boleh menganakemaskan kelompok tertentu. Ini bisa memicu konflik.
Rektor Institut Teknologi
”Komunikasi intensif ini harus terus dijaga karena efektif dalam menyerap aspirasi mahasiswa dan bisa mencegah terjadinya tawuran mahasiswa,” ujar Akhmaloka.