Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Krisis Modal

Kompas.com - 11/10/2012, 03:35 WIB

Semarang, Kompas - Memasuki musim tanam 2012/2013 banyak petani menderita krisis modal. Alasannya, modal sudah banyak digunakan pada musim gadu lalu, tetapi gagal panen akibat kekeringan. Untuk itu, pemerintah perlu segera merealisasikan janji dana ganti rugi atas kegagalan panen.

”Pemerintah pernah menjanjikan bantuan padi puso sebesar Rp 3,7 juta per hektar. Rinciannya Rp 2,6 juta untuk biaya pengolahan dan Rp 1,1 juta biaya pembelian pupuk. Namun, tidak jelas realisasinya,” kata Suhadi, pengurus kelompok tani di Desa Mlilir, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (10/10).

Menurut dia, jelang musim tanam ini kebutuhan petani untuk modal usaha rata-rata Rp 6,5 juta per hektar. Sementara harga benih padi sebelumnya Rp 8.000 kini jadi Rp 10.000 per kg. Benih jagung pun naik dari Rp 35.000 menjadi Rp 55.000 per kilogram. Benih kedelai dari Rp 12.000 jadi Rp 16.000 per kilogram.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Jateng Agus Eko Cahyono mengaku telah menyerahkan data petani korban puso akibat kekeringan. ”Petani sudah dimintai data sesuai kategori puso. Sudah dibuatkan berita acara resmi untuk dilaporkan ke Kementerian Pertanian. Namun, hingga kini tak ada kelanjutan dananya cair atau tidak,” kata Agus.

Anggota DPRD Jateng, Istajib, mengemukakan, dana ganti rugi padi yang puso adalah janji pemerintah yang mestinya terealisasi sebelum musim tanam awal Oktober 2012. Jika pencairan dana bantuan terlambat diterima, petani akan mengganggu target produksi padi 2012/2013 sebesar 10,5 juta ton gabah kering giling.

Kabid Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim Ir Achmad Nurfalakhi di Surabaya menjelaskan, lahan pertanian yang terkena kekeringan di daerah itu mencapai 13.900 hektar, tetapi hanya 3.187 hektar di antaranya yang mengalami gagal panen. Kekeringan paling parah terjadi di Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, Tulungagung, Trenggalek, dan Ngawi.

Perlu bersabar

Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo meminta petani di Jateng bagian timur menunda masa tanam pertama dari Oktober ke November. Imbauan ini disampaikan mengingat stok air untuk pertanian masih terbatas sehingga dikhawatirkan terjadi puso.

”Air dari Waduk Kedung Ombo memang telah digelontorkan. Namun, air masih terbatas karena frekuensi hujan masih jarang. Lebih baik masa tanam pertama diundur pada November,” kata Bibit di Kabupaten Demak.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah memperkirakan hujan di wilayah Demak, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Grobogan, dan Jepara terjadi pada November. Agar tidak terjadi kekurangan air pada musim tanam pertama, petani perlu mengacu pada perkiraan BMKG.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com