Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog: FR dan AD Suka Tawuran Tapi Cerdas

Kompas.com - 05/10/2012, 22:13 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua pelaku utama aksi tawuran di kawasan Bulungan dan Manggarai, Jakarta Selatan yakni Fitra Ramadhani alias FR (19) dan AS (17) telah menjalani psikotes yang dilakukan oleh tim Psikolog Polda Metro Jaya.

Dari hasil analisa sementara, kedua pelajar itu ternyata memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Demikian diungkapkan Kepala Bagian Psikolog Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Arief Nurcahyo, Jumat (5/10/2012), di Mapolda Metro Jaya.

"Untuk FR dan AD adalah pribadi yang cukup cerdas dan memiliki nilai yang baik di sekolahnya. IQ keduanya juga di atas rata-rata," ujar Nurcahyo.

Hasil tersebut didapat usai FR menjalani psikotes pada Kamis (5/10/2012) pagi hingga siang hari di Mapolda Metro Jaya. Sementara AD menjalani psikotes di ruang Kanit PPA Polrestro Jakarta Selatan pada siang hingga sore harinya.

Saat diperiksa, lanjut Nurcahyo, kondisi mental keduany relatif stabil. Namun, AD tampak bisa lebih tenang dan santai dalam mengungkapkan isi pikirannya. Sementara FR bersikap lebih tertutup, hati-hati, dan tidak terlalu tampak tidak mudah percaya dengan orang baru.

Mereka menjalani psikotes yang dilakukan dengan tes tertulis dan tes wawancara. Dari tes wawancara, psikolog mengetahui bahwa FR dan AD memiliki nilai yang bagus. FR, sebut Nurcahyo, bahkan memiliki nilai 8 dan 9 untuk beberapa mata pelajaran.

"Hanya saja, FR pernah tinggal kelas karena tawuran dan bolos sekolah. AD juga sempat sekali pindah sekolah dari sekolah akuntansi ke sekolah mesin karena merasa tidak cocok, bukan karena nilai," ujar Nurcahyo.

Selain itu, FR juga merupakan siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler renang dan futsal. Sementara, AD tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mana pun lantaran sehari-hari AD terpaksa mencari uang tambahan dengan menjadi tukang parkir.

DIABAIKAN ORANG TUA

Jika melihat latar belakang keluarga, AD merupakan sosok pemuda yang kuat. Nurcahyo menilai AD sudah bisa hidup mandiri dalam usia yang terlalu dini. Hidup dalam keluarga dengan kondisi perekonomian menengah ke bawah, AD pun terpaksa bekerja menjadi tukang parkir.

"Dia bekerja dari kelas 1 SMA jadi tukang parkir karena orang tuanya juga tidak punya. AD ditempa hidup mandiri sejak dulu, apalagi dia anak pertama dari tiga bersaudara. Dia yang diharapkan keluarganya," kata Nurcahyo.

Perhatian orang tua yang didapat AD memang terbilang kurang. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, orang tua AD terlalu sibuk mencari uang sehingga AD kecil belajar memahami nilai-nilai seadanya dari lingkungan sekitar.

Sedangkan FR berasal dari keluarga berkecukupan. Orang tua FR memiliki usaha penjualan mebel di Bali. Meski tinggal serumah dengan orang tuanya, FR juga tidak mendapatkan perhatian yang cukup. FR pun memutuskan untuk ngekos di dekat sekolah.

"Intensitas dan kualitas relasi antara kedua pemuda itu dengan keluarganya sangat rendah. Ini yang membuat mereka rapuh dalam memahami nilai-nilai dan norma sosial yang ada di masyarakat," ujar Nurcahyo.

Padahal, lanjutnya, pemahaman nilai yang terjadi di periode sekolah dasar itu sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Pemahaman nilai anak akan menjadi penyaring dari segala pengaruh negatif yang ada di lingkungan.

Namun, hal ini tidak didapat baik FR dan AD. "Di dalam sudut pandang psikologi, pelaku adalah korban. Mereka korban dari sistem dan struktur sosial yang sudah ada," kata Nurcahyo.

Berita terkait dapat dibaca pada topik: Tawuran Berdarah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com