Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berebut Pulau Tak Berpenghuni

Kompas.com - 05/10/2012, 03:21 WIB

Oleh René L Pattiradjawane

Situasinya mirip Perang Malvinas tahun 1982 antara Inggris dan Argentina. Konflik terbuka dengan ”casus belli” pulau kecil menyangkut klaim tumpang tindih kedaulatan. Pertikaian China-Jepang atas Kepulauan Senkaku yang disebut Beijing sebagai Diaoyu juga menyangkut klaim kedaulatan bercampur dengan simbol nasionalisme.

Inggris yang menduduki pulau dengan nama Falkland ketika itu, harus berhadapan dengan Argentina yang berada di ambang keruntuhan ekonomi, mengklaim Malvinas seperti halnya China sebagai simbol penghinaan nasional yang mundur sampai ke abad ke-19. Inggris-Argentina terletak di ujung bumi, China-Jepang adalah negara bertetangga.

Sengketa kedaulatan di Kepulauan Senkaku yang terdiri dari lima pulau kecil juga diklaim oleh Taiwan. Menyebutnya sebagai Daioyutai, Taiwan sebenarnya tidak memiliki patokan politik internasional yang jelas atas klaim tersebut, termasuk di Laut China Selatan, hanya membonceng kebijakan yang ditempuh RRC.

Ekonomi Inggris jauh lebih besar dibandingkan dengan Argentina, sedangkan China belum lama berhasil menggeser kedudukan Jepang sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia setelah AS.

Akhir Perang Malvinas mengukuhkan kedaulatan pulau yang terletak 12.800 kilometer dari London ini sebagai kedaulatan Inggris. Nasib Kepulauan Senkaku masih belum jelas dan ketegangan pun belum mereda.

Selama 67 tahun sejak berakhirnya Perang Dunia II, tidak ada sebutir peluru pun yang keluar dari laras tentara Jepang yang disebut sebagai Pasukan Bela Diri dengan anggaran pertahanan yang tidak pernah mencapai satu persen dari PDB. Sebaliknya, China adalah kekuatan militer raksasa untuk ukuran Asia, dengan anggaran militer dua kali lipat dari Jepang serta memiliki persenjataan nuklir.

Nasionalisme

Banyak pertanyaan yang muncul akibat pertikaian di Laut China Timur antara kedua raksasa ekonomi dunia ini. Mengapa di antara kedua negara yang mengklaim ini tidak mengorbankan saja pulau-pulau kosong itu atau membagi klaim tersebut? Berbagai dokumen masa lalu yang dimiliki China dan Jepang memang berusaha menarik dan menempatkan klaim atas Senkaku/Diaoyu tersebut.

Mungkin jawabannya ada pada persoalan politik menyangkut nasionalisme negara bercampur bias budaya di antara keduanya, kenangan masa perang yang sudah lewat, disertai anggapan ketidakadilan yang ada di antara keduanya. Kalau ini persoalannya, mengapa pemerintah yang mengklaim tidak mengambil tindakan militer unilateral untuk menyelesaikan persoalan klaim yang diperebutkan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com