Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Keteladanan Pemimpin

Kompas.com - 02/10/2012, 03:15 WIB
Pengantar Redaksi

Pengantar Redaksi

Sejak menjadi Bupati Kebumen (2000-2005), nama Rustriningsih menandai kiprah seorang perempuan dalam dunia politik Indonesia. Dia bukan saja terpilih dua kali, dan kemudian terpilih menjadi Wakil Gubernur Jawa Tengah, mendampingi Gubernur Jateng Bibit Waluyo. Bahkan, ada yang menduga faktor Rustriningsih ini menjadi faktor kemenangan pasangan Bibit-Rustri dalam Pilkada Gubernur Jateng saat itu.

   Rustri memang jauh dari kesan seorang politisi ”ibu-ibu” yang sering disematkan kepada perempuan politisi. Kiprahnya yang tegas dan kebijakan-kebijakannya yang transparan menerakan namanya sebagai seorang politisi dan pejabat yang menunjukkan kepiawaiannya memimpin daerah. Ia mengubah kultur birokrasi yang kaku dan membuka keran komunikasi dengan rakyatnya. Kritik dengan data kuat selalu ditanggapi dengan positif.

Bagaimana Ibu Rustriningsih mampu mempertahankan budaya asli Jawa Tengah, dan bagaimana budaya Jateng nantinya di kenal masyarakat kita dan dunia?

(Budi Setiono, STAIN Jember)

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mendorong terciptanya keguyuban warga Jawa Tengah dalam komunitas kecil di wilayah-wilayah lingkungan desa dan kelurahan hingga tingkat RT. Itu akan berkorelasi dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keguyuban dalam gotong royong suatu masyarakat antara lain tercermin dari atraksi seni dan budaya, sebagai ekspresi kebahagiaan dan keindahan dalam persepsi komunitas untuk melahirkan kearifan lokal.

Ini sebagaimana terdapat dalam atraksi kuda kepang, jathilan, ya qawiyyu, bersih desa, nyadran, pergelaran wayang kulit, ketoprak, rebana, rodad, jamjaneng, dan berbagai bentuk kesenian tradisional lainnya.

Pembangunan berbasis budaya harus didasarkan pada rasa empati, toleransi, dan kepedulian, serta emansipasi warga komunitas untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Konflik sosial yang laten hanya mampu diredakan oleh rasa guyub diantara warga/komunitas.

Jawa Tengah seyogianya diarahkan pada hal-hal tersebut. Agar dunia bisa menyaksikan master piece kebudayaan seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan seutuhnya, ”melihat dengan hati dan mendengar dengan mata”.


Sebagai perempuan aktivis, seorang ibu, pejabat sekaligus politisi, bagaimana Anda membagi waktu untuk tugas memberdayakan perempuan, mengasuh anak, dan mendampingi suami, tugas dinas, dan mengurus partai (berpolitik)?

(Muharno Zarka, Wonosobo)

Sama seperti ibu rumah tangga lain di desa-desa. Saya justru banyak belajar dari mereka. Dalam komunitas masyarakat yang telah tertata baik, peran perempuan menjadi sedemikian produktif, menempati fungsinya secara emansipatif.

Semua berjalan seperti layaknya seorang perempuan aktivis lain di tingkat RT, ibu-ibu pengurus PKK di desa, pengurus arisan ibu-ibu RT, kelompok pengajian, dan berbagai macam organisasi perempuan yang memberikan peluang perempuan berkiprah di ranah publik.

 
Apakah pembesar negeri ini betul-betul mencintai kami rakyat kecil? Kalau ya, mengapa mereka tidak hadir mana kala kami butuh dukungan?

(Tjan Fen Fat TOC, xxxxyahoo.com)

Seorang pemimpin sudah seharusnya mencintai rakyatnya dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, dukungan pemimpin kepada rakyatnya yang terutama mengalami kesulitan hidup, bukan hanya sekadar kehadiran secara fisik, namun jauh lebih penting adalah dukungan mengeluarkan kebijakan yang selalu berpijak pada kepentingan rakyatnya.

Untuk itulah seorang pemimpin harus banyak mendengar suara-suara rakyat sehingga mampu mengatasi kesulitan yang dialami rakyat. Di era komunikasi yang modern seperti saat ini, berbagai kesulitan, khususnya yang bersifat darurat bisa disampaikan dengan cepat yang siap 24 jam merespons setiap keluhan masyarakat.

Prinsipnya adalah melakukan komunikasi dua arah, tindakan dan kontrol.

Bagaimana Ibu membagi waktu untuk pekerjaan dan rumah tangga khususnya posisi Anda sebagai seorang istri dan seorang ibu? Siapakah tokoh yang menginspirasi hidup Ibu Rustriningsih?

(M Al Mustafad, Kendal)

Membagi waktu sebagai ibu rumah tangga dan pekerjaan sebagai Wakil Gubernur tidaklah mudah bagi saya. Tetapi hal itu bisa dilakukan dengan rasa pengertian dari suami dan seluruh anggota keluarga.

Saya bersyukur Pak Soni, suami saya, memahami betul konsekuensi mempunyai istri seorang politisi. Sejak awal kami memahami akan anak-anak tumbuh berkembang dalam relasi emosional secara lebih berkualitas, karena terbatasnya waktu, dibandingkan kuantitatif.

Bung Karno adalah tokoh yang mampu menginspirasi kita untuk senantiasa peduli pada kepentingan negara di atas segala-galanya dengan menggelorakan sikap ”berdikari”, berdiri di atas kaki sendiri.

Apakah Ibu menangkap ada semacam sinisme di masyarakat mengenai kinerja aparat pemerintah, banyak orang merasa berurusan dengan aparat pemerintah malah mempersulit?

(Sartono, Pasar Minggu, Jakarta)

Sejak saya menjabat anggota DPR/MPR RI, Bupati Kebumen tahun 2000 hingga menjadi Wakil Gubernur Jawa Tengah, memang saya melihat sinisme semacam itu masih ada.

Menurut saya, sebaiknya hal itu kita sikapi dengan mendorong terus-menerus kinerja birokrasi yang melayani dan menjauhkan kleptokrasi, dengan disiplin menerapkan prinsip transparansi penyelenggaraan pemerintahan.

Banyak orang menyebut Anda sebagai ”Srikandi dari Kebumen”, padahal ada tokoh perempuan lain yang sudah jadi gubernur. Apakah Anda merasa risi dengan sebutan tersebut?

(Farid Widodo, Banyumanik, Semarang)

Kalau Srikandi adalah sosok pejuang emansipasi perempuan. Selayaknya perempuan Indonesia memang bangga menjadi Srikandi. Negara akan kuat bila kaum perempuannya sebagai ibu dari generasi masa depan, baik dan kuat, seperti figur Srikandi.

Kekuatannya adalah pada kemampuan memberikan kasih sayang dan perhatian penuh kepada anak-anaknya, sesibuk apa pun seorang ibu bekerja di ranah publik. Hal ini yang rasanya memang sangat berat dijalani.

Korupsi sudah seperti mendarah daging saat ini. Bagaimana strategi Ibu untuk menghapus praktik-praktik yang tidak terpuji itu di kalangan aparat bawahan Ibu?

(Gunawan, Kebun Jeruk, Jakarta Barat)

Pendidikan karakter bagi birokrat merupakan salah satu cara untuk menanamkan ulang nilai-nilai kejujuran. Hanya dengan kejujuran dan semangat pengabdian tindakan korupsi bisa dicegah. Keteladanan pimpinan yang harus ditunjukkan kepada bawahan dalam perilaku sehari-hari, seperti halnya yang saya lakukan selama 13 tahun menjabat. (son)

***


Rustriningsih

• Nama: Dra Rustriningsih, MSi

• Jabatan: Wakil Gubernur Jawa Tengah (2008 – 2013)

• Lahir: Kebumen, 3 Juli 1967

• Suami: Ir Soni Achmad Saleh Ashari Noorjatno

• Anak:
- Indra Fahmi Mahendra (9 tahun)
- Muhammad Alif Daneswara (7)
 - Shabira Hemalianingsih (4)
- Muhammad Nafi Baghaswara (2)

• Pendidikan:
- Strata II Ilmu Administrasi Negara Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2002
- S1 Ilmu Administrasi, Fisipol Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 1991
- SMA Negeri Gombong, 1985
- SMP Negeri 2 Gombong, 1982
- SD Negeri Wonokriyo I, 1979

• Karier:
- Wakil Gubernur Jawa Tengah, 2008-2013
- Bupati Kebumen, 2005-2010- Bupati Kebumen, 2000-2005
- Anggota DPR/MPR RI Fraksi PDI-Perjuangan, 1999-2000 

• Penghargaan:
- “Outstanding Woman in Local Goverment” Certificate of Recognition, United Nation, Economic And Sosial Commision For Asian And The Pasific (ESCAP)-2001
- Lencana Dharma Bhakti gerakan Pramuka dari Presiden RI- 2003
- Goverment Award, Majalah Warta Ekonomi-2004
- Suara Merdeka Otonomi Award 
- 2005 Peringkat I Bidang Politik, Kelembagaan dan Hukum
- Finalist Stockholm Challenge’s Award-2006
- Tasrif Award, Aliansi Jurnalis Independen (AJI)-2007
- Nominasi Tokoh Good Governance 2007. Local Governance Support Program (LGSP)
-USAID- 99 Most Powerful Women, Globe Asia- 2009 & 2010


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com