Kalianda, Kompas -
Menurut Agolo, juru bicara Bagian Operasi Badan SAR Nasional (Basarnas), di Lampung, Senin, bangkai KMP Bahuga Jaya sulit dijangkau karena arus bawah air kencang, hingga 4 knot. Kapal penyeberangan itu tenggelam setelah bertabrakan dengan kapal tanker MT Norgas Cathinka asal Singapura (Kompas, 27/9).
Kedalaman maksimal yang bisa dijangkau hingga Senin sore baru 20 meter di bawah permukaan laut. ”Penyelaman tidak bisa dilanjutkan karena kondisinya berbahaya,” kata Agolo.
Dalam penyelaman oleh tim Marinir TNI Angkatan Laut Armada Wilayah Barat, penyelam hanya bisa mengambil gambar bangkai kapal dari kejauhan sehingga korban yang ada di dalam kapal belum diketahui.
Menurut Agolo, sesuai laporan di Posko Basarnas, sedikitnya 30 orang dilaporkan hilang oleh 26 pelapor. Belum dipastikan apakah mereka penumpang KMP Bahuga Jaya. Dari data awal, ada 213 penumpang di kapal itu, 7 orang tewas.
Basarnas belum memastikan apakah pencarian korban di bangkai kapal akan dilanjutkan. Namun, Koordinator Misi SAR Basarnas Saidar R Jaya mengatakan, evakuasi korban yang diduga terjebak akan dimaksimalkan. Namun, kegiatan itu tetap mempertimbangkan cuaca dan keselamatan tim evakuasi.
Manajer Operasional PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry Cabang Bakauheni Heru Purwanto meragukan keberadaan 30 penumpang di bangkai kapal. ”Hanya dua keluarga yang mencari di Bakauheni dan satu di Merak,” ujarnya. Kesimpangsiuran tentang korban hilang terjadi akibat kurang akuratnya daftar penumpang.
Hingga Senin, Kepolisian Daerah Lampung masih memeriksa tiga awak kapal tanker MT Norgas Cathinka. Mereka adalah Ernesto Lat Jr (53), master captain; Su Jibing (38), chief officer; dan Cristian Briyan Sioson (22), ordinary seaman. Namun, menurut Kepala Bidang Humas Polda Lampung Ajun Komisaris Besar Sulistyaningsih, belum ada tersangka yang ditetapkan.
Dari Banyuwangi, Jawa Timur, Senin, dilaporkan, kebakaran KRI Klewang 625 hingga Senin masih diselidiki. Namun, menurut Direktur Utama PT Lundin Industry Invest Lizza Lundin, perusahaan yang membuat kapal itu, hubungan pendek arus listrik diperkirakan menjadi penyebab kebakaran.
Apalagi, kata Lizza, saat kebakaran terjadi, pegawai PT Lundin Industry Invest sedang memasang mesin dan peralatan listrik di KRI Klewang, yang terbakar di Pangkalan TNI AL di Ketapang, Banyuwangi.
Lizza mengatakan, saat terjadi kebakaran, KRI Klewang belum siap pakai. Kapal belum dilengkapi sejumlah alat pengaman.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.