Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peternak Khawatirkan Anjloknya Harga Daging

Kompas.com - 12/09/2012, 03:20 WIB

Bandar Lampung, Kompas - Peternak sapi lokal tengah bersemangat dan menikmati tingginya harga jual daging sapi. Namun, masuknya sapi impor secara ilegal dikhawatirkan dapat menjatuhkan harga sapi lokal sehingga ikut mengancam swasembada daging sapi.

Darno, peternak sapi di Lampung, Selasa (11/9), mengatakan, harga sapi lokal naik Rp 1 juta-Rp 2 juta per ekor selama enam bulan terakhir, terutama sejak pemerintah membatasi dan memperketat impor sapi bibit dan bakalan. ”Saat ini kami jadi bergairah, apalagi menjelang Idul Adha, di mana penjualan bisa lebih meningkat,” katanya.

Harga jual sapi berbobot 300-400 kilogram kini mencapai Rp 14 juta, padahal tahun sebelumnya berkisar Rp 10 juta-Rp 12 juta. Terkait soal masuknya sapi bakalan impor, menurut dia, hal itu bisa dimaklumi sejauh dilakukan secara prosedural.

Terkait soal kasus masuknya 10.005 sapi impor ilegal asal Australia, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung R Fauzar menegaskan, pihaknya telah menolak sapi betina produktif tersebut. Sapi-sapi itu diimpor empat perusahaan penggemukan sapi (feedlot) yang berada di Lampung dan Tangerang. Sekitar 8.000 sapi impor itu kini ditahan di Balai Karantina Pertanian Badar Lampung, sisanya di Tangerang.

”Sesuai hasil pemeriksaan fisik dan ditegaskan nota dinas Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, sapi-sapi itu tak sesuai izin impor. Untuk itu, sapi-sapi itu ditolak. Sesuai aturan, itu menjadi milik negara. Untuk selanjutnya, sapi-sapi ini bisa dikembalikan ke negara asal,” tutur Fauzar.

Sapi-sapi itu masuk ke Indonesia secara bertahap sejak akhir tahun lalu, dan hingga kini masih ditahan di Balai Karantina Bandar Lampung. Sebagian besar sapi betina produktif ini diketahui telah beranak.

Anggota Komisi IV DPR, Anton Sihombing, menengarai, sapi impor itu sengaja diimpor untuk digemukkan, bukan dijadikan bibit. ”Tindakan perusahaan ini menyalahi aturan. Kalau dibiarkan, bisa menggagalkan program swasembada daging. Karena itu, sapi itu harus direekspor atau dibagi-bagikan saja kepada masyarakat,” ujarnya.

Pengetatan impor sapi membuat harga daging sapi di pasaran tetap tinggi. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional di Bandar Lampung, kemarin, harga daging sapi masih Rp 75.000-Rp 80.000 per kg. Pada periode yang sama tahun lalu, harga daging sapi berkisar Rp 60.000-Rp 65.000 per kg.

Tingginya harga daging ini dikeluhkan pembeli, khususnya pedagang bakso. ”Setelah Lebaran, harga turun sedikit. Akibatnya, keuntungan (penjualan bakso) makin tipis,” tutur Eni Muslihah (30), pengusaha kecil bakso.

Pedagang daging sapi juga mengeluhkan turunnya omzet penjualan menyusul tingginya harga sapi. Effendi (48), pedagang di Pasar Pasir Gintung, mengaku, omzet penjualannya turun drastis hingga 300 persen setelah Lebaran. ”Dari biasanya Rp 3 juta, akhir-akhir ini hanya Rp 1 juta per hari. Orang sekarang pilih beli tempe dan ikan asin,” ujar Ahok, pedagang lainnya.

Kini semakin jarang pembeli yang rutin membeli daging. ”Dari tadi pagi sampai siang ini, saya cuma laku 3 kilogram. Yang beli pun paling langganan. Seharian ini saya lebih banyak melamun timbang motong daging,” tutur Yudi (45), pedagang daging sapi di Pasar Smep. (JON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com