Jakarta, Kompas -
”Pada bulan September, rata-rata kejadian siklon atau badai tropis di belahan utara ekuator empat sampai lima kali. Sanba yang pertama kali terjadi di bulan September tahun ini,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mulyono Prabowo, Selasa (11/9), di Jakarta.
Pusat Peringatan Siklon Tropis (TCWC) BMKG menetapkan tumbuhnya siklon Sanba pada Selasa pukul 07.00. Pusatnya berada di koordinat 9,4 derajat Lintang Utara dan 134 derajat Bujur Timur.
Jarak Sanba adalah 1.140 kilometer sebelah utara Manokwari. Dampaknya berupa gelombang laut tinggi hingga 4 meter berpotensi terjadi di Laut Arafuru bagian tengah dan timur, perairan selatan Yos Sudarso, hingga Merauke.
Gelombang laut dengan ketinggian sampai 3 meter berpotensi terjadi di Laut Maluku bagian utara, perairan Kepulauan Talaud, perairan Ambon, Laut Banda bagian utara, perairan Kepulauan Kai, perairan Kepulauan Aru, perairan Kepulauan Tanimbar, perairan Agats Amamapare, Laut Arafuru bagian barat, Samudra Pasifik sebelah utara Halmahera, dan Papua Barat.
Dampak lain berupa hujan
”Kecepatan gerak termasuk perlahan, mengarah ke barat laut atau menjauhi wilayah Indonesia,” kata Mulyono.
Kejadian siklon tropis di belahan utara ekuator lebih banyak dibandingkan dengan kejadian di selatan ekuator. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, sekitar dua dari tiga kejadian siklon tropis terjadi di belahan bumi bagian utara.
”Dalam setahun, kejadian siklon tropis rata-rata 61 kejadian di utara ekuator dan 39 kejadian di selatan,” kata Sutopo.