Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Syiah Menolak Dipindahkan

Kompas.com - 05/09/2012, 20:12 WIB
Kontributor Pamekasan, Taufiqurrahman

Penulis

SAMPANG, KOMPAS.com - Keinginan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memindahkan sementara pengungsi Syiah Sampang yang kini tinggal di pengungsian gedung tenis indoor, ke rumah susun di Jemundo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, bertepuk sebelah tangan. Pasalnya, warga Syiah menolaknya mentah-mentah.

Iklil Al Milal, kakak kandung Tajul Muluk, pimpinan Syiah Sampang saat ditemui di lokasi pengungsian mengatakan, kemauan warga Syiah tidak mau pindah dari Sampang sampai kapanpun. Sebab tanah dan rumah mereka, meskipun sebagian sudah ada yang hangus, adalah harta yang tidak terhingga bagi mereka.

"Keinginan kami hanya kembali ke kampung halaman kami. Program apapun yang disodorkan pemerintah, kami tetap akan menolaknya," kata Iklil.

Sejak peristiwa kerusuhan pertama pada Desember 2011 lalu hingga kerusuhan kedua 26 Agustus kemarin, dijelaskan Iklil, Pemkab Sampang sudah menyampaikan relokasi warga Syiah. Tetapi semua warga juga menolak.

"Buktinya warga tetap kembali ke kampung halamannya meskipun harus membangun rumah mirip kandang ayam," tandasnya.

Tidak hanya itu, tegas Iklil, ada juga gagasan agar warga Syiah ikut transmigrasi dan menjadi TKI ke Arab Saudi. Semuanya itu ditolak.

Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf mengatakan, rumah susun yang direncanakan menjadi tempat pindah sementara warga Syiah itu, mampu menampung 90 keluarga. Sedangkan jumlah pengungsi Syiah hanya 63 keluarga.

Pengungsian yang ada saat ini, dinilai sangat tidak layak. Lapangan tenis indoor itu hanya diberi alas terpal plastik dan karpet seadanya. Di bagian tengah diberi tabir untuk membatasi penghuni perempuan dan laki-laki. Kamar mandi pun hanya dua buah, masing-masing dua ruangan dengan bak air dari timba plastik berukuran 20 liter. Kamar mandi darurat di timur pengungsian, terbuat dari bilik-bilik bambu sebanyak delapan bilik. Terkadang pasokan airnya kurang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com