Bandar Lampung, Kompas
Andi Suardi, Kepala Pos Pemantauan dan Pengamatan Gunung Anak Krakatau (GAK), di Desa Hargopancuran, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa sore, mengatakan, frekuensi amplitudo yang direkam alat seismograf di dekat kawasan GAK kini melemah. Artinya, aktivitas vulkanik GAK mulai menurun.
”Data ini diperoleh dari pos Pasauran (Serang, Banten). Amplitudonya melemah. Hari ini (kemarin) hanya 3-7 milimeter. Senin (3/9) amplitudonya 3-20 mm. Hari Minggu (2/9) saat meletus, amplitudo melonjak hingga 30-33 mm,” ujarnya.
Data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebutkan, kemarin tidak terjadi letusan pada GAK. Pada Minggu, GAK memuntahkan material vulkanik berupa batu, abu, dan lava pijar. Ketinggian lontaran material letusan itu kurang dari 1.000 meter.
Di Pulau Sebesi, wilayah terdekat dari GAK, aktivitas warga dilaporkan berjalan normal. Tidak ada kepanikan menyusul meletusnya GAK, Minggu dan Senin lalu. Adapun jarak pulau ini dari GAK 15-18 kilometer.
Ujai (20), warga Desa Tejang Pulau Sebesi, mengaku, pihaknya sudah terbiasa dengan aktivitas GAK yang kadang meningkat dan memuntahkan abu vulkanik. ”Kami sih biasa aja, tidak sampai panik. Hujan abu di sini sudah sering,” tuturnya.
Aktivitas normal tampak di Bandar Lampung. Hujan abu vulkanik tidak lagi terjadi di kota ini. Sebelumnya, dua hari berturut- turut, warga direpotkan dengan hujan abu dari letusan GAK.
Dari hasil uji mikroskopik dengan alat spektrofotometer di laboratorium kesehatan daerah, diketahui sampel abu itu tidak larut dalam asam kuat. ”Maka, disimpulkan ini abu vulkanik,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Reihana.
Uji sampel dilakukan dengan alat High Volume Sample 2000 yang telah dikalibrasi sesuai standar. Abu vulkanik bisa menimbulkan gangguan kesehatan, khususnya penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Namun, hingga saat ini belum ada laporan soal peningkatan penyakit ISPA di daerah yang dihujani abu vulkanik GAK.
Sejumlah pihak menyangsikan abu yang menghujani Bandar Lampung adalah abu vullkanik. Malah abu itu diklaim bersumber dari kebakaran lahan di dekat Bandar Lampung. Padahal, pengamatan di lapangan, abu pekat ini sama sekali tidak menyerupai serpihan abu daun sisa kebakaran hutan atau lahan.