Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengantre Air Menjadi Tugas Wajib

Kompas.com - 04/09/2012, 20:58 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis

KEDIRI, KOMPAS.com -- Pada musim kemarau seperti saat ini, mengantre air menjadi rutinitas bagi warga Dusun Jati Wekas, Desa Kedawung, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Hal tersebut menjadi tugas yang wajib mereka lakukan setiap dua hari sekali. Mereka mengantre cukup lama dengan cara menunggu di pinggir jalan desa setempat karena truk tangki pengangkut air kiriman dari pemerintah akan menghampiri mereka.

Air dari tangki kemudian akan dialirkan ke jeriken atau timba yang dibawa warga. Meskipun demikian, air yang didapatkan itu masih belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan keseharian warga. Setiap tangki hanya mampu membawa 5.000 liter air dan itupun harus dibagi kepada sebanyak 210 kepala keluarga di dusun tersebut.

Damisri (42), warga setempat mengaku setidaknya dalam sehari membutuhkan 4 jeriken air dengan kapasitas 20 liter setiap jerikennya. Akibatnya, air yang didapatnya dari mengantre hanya cukup untuk kebutuhan memasak dan air minum. Sementara untuk keperluan mandi dan mencuci masih jauh dari kecukupan.

"Saya mandi sehari sekali. Untuk cuci baju, saya harus turun gunung cari sawah yang ada diesel airnya. Ternak saya juga butuh air," kata ibu dengan 4 anggota keluarga ini, Selasa (4/9/2012).

Kepala Dusun Jati Wekas, Sujian mengatakan, kekeringan terjadi karena lokasi dusunnya terletak di kaki Gunung Wilis, sehingga air menjadi sesuatu yang sangat berharga. Menurutnya, kekurangan air merupakan masalah klasik yang masih saja terjadi hingga saat ini.

"Setiap tahun kondisi kami ya seperti ini. Sulit air biasanya mulai bulan 7 hingga musim kemarau selesai," kata Sujian.

Di wilayahnya, Sujian menambahkan, sebenarnya ada sumber mata air yang dahulu biasa digunakan oleh warga. Lokasinya cukup jauh berada sekitar 2 kilometer dari permukiman warga. Namun beberapa tahun ini, kata Sujian, kondisi debit air di sumber itu terus menurun.

Ia menduga, penyebabnya adalah hutan yang gundul. Namun demikian, menurutnya, air masih dapat dimanfaatkan oleh warga.

"Jika dipasang selang pipa, saya kira air masih dapat dimanfaatkan oleh warga. Tapi, ya itu, lokasinya lebih rendah daripada rumah warga. Lha, itu caranya bagaimana agar air bisa naik ke atas," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com