GORONTALO, KOMPAS
Pada Juni lalu, harga jagung di tingkat petani mencapai Rp 2.050 per kilogram atau masih di bawah harga ideal sekitar Rp 2.500 per kilogram. Saat itu, curah hujan di Gorontalo yang tinggi menyebabkan kadar air jagung meningkat. Akibatnya, harga jagung pun jatuh karena kurangnya panas untuk mengeringkan jagung yang berdampak pada buruknya mutu jagung.
”Kini, harga jagung naik karena sebagian besar petani menanam kacang-kacangan sejak Juli lalu atau saat kemarau tiba. Jadi, kenaikan ini dipengaruhi rendahnya pasokan jagung
Ladang jagung Syarifin pada panen kali ini menghasilkan 2 ton jagung atau senilai Rp 6,2 juta. Dengan biaya tanam dan pemeliharaan sekitar Rp 2 juta, ia menikmati keuntungan sejumlah Rp 4,2 juta dalam jangka empat bulan. Jumlah tersebut jauh lebih baik saat musim panen lalu. Saat itu ia hanya memperoleh pendapatan kotor Rp 2,6 juta atau meraih keuntungan bersih Rp 600.000 dalam kurun 4 bulan.
Warni Hasan, petani di Desa Huluo, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, memperkirakan harga jagung akan kembali jatuh pada akhir tahun ini. Hal itu disebabkan petani yang pada awal kemarau lalu menanam kacang-kacangan akan kembali menanam jagung.
Wakil Gubernur Gorontalo
Berdasarkan data Badan Pusat Informasi Jagung Provinsi Gorontalo, tahun ini diperkirakan produksi jagung 661.788 ton dengan luas panen 138.563 hektar.