Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

80 Persen Warga Miskin Dunia Tinggal di Negara Menengah

Kompas.com - 29/08/2012, 13:09 WIB

SUSSEX, KOMPAS.com - Sebuah penelitian dari Lembaga Studi Pembangunan di Universitas Sussex menunjukan bahwa dua miliar  orang  yang  hidup  dengan penghasilan 2 dollar AS sehari atau kurang tinggal di  negara-negara  yang berpenghasilan menengah, dibandingkan dengan 500 juta orang miskin yang tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah.

”Banyak negara dalam  dekade terakhir ini khususnya telah  berhasil memperbaiki pendapatan  penghasilan rata-rata. Tetapi  kemiskinan tidak menurun sebanyak yang diharapkan. Semua ini mengarah pada perdebatan baru mengenai semakin meningkatnya  kesenjangan di seluruh dunia, dan apakah  perdebatan di seputar sasaran pengentasan kemiskinan PBB yang harus diperbarui pada 2015, serta isu  kesenjangan, harus  mendapat perhatian  yang lebih besar,” ujar Andy Sumner, pemimpin penelitian di lembaga studi tersebut.

Salah satu  Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) adalah pengentasan  kemiskinan  dan  penghapusan kelaparan  yang ekstrem  menjelang 2015. PBB menyatakan, krisis ekonomi global dalam tahun-tahun terakhir  telah  memperlambat kemajuan.  Karena  krisis itu, “kini lebih banyak pekerja  dan keluarganya  hidup dalam  kemiskinan yang ekstrem”.

Sumner mengatakan,  sekalipun  sebuah negara  ekonominya tumbuh 5 persen sampai 6 persen, pengaruhnya sedikit pada mereka yang hanya berpenghasilan 1-2 dollar per hari.

Sumner menambahkan, separuh dari  golongan miskin tinggal di India dan Tiongkok,  dan seperempat lagi tinggal di  negara-negara berpenghasilan menengah yang padat penduduknya, seperti  Nigeria, Pakistan, dan Indonesia. Selebihnya tinggal di negara-negara yang berpenghasilan rendah.

Tetapi di mana  penduduk miskin dunia tinggal pada 2020 atau 2030?  Sumner mengatakan, separuh dari penduduk miskin dunia itu mungkin masih berada di negara-negara berpenghasilan menengah. Dia memperingatkan, angka itu  bisa  naik kalau  kesenjangan antara golongan kaya dan miskin terus melebar.

Ia memperkirakan biaya penghapusan kemiskinan kira-kira mencapai 60 miliar dollar sampai 80 miliar dollar per tahun, atau 0,3 persen dari PDB dunia.

Sumner  mengatakan, akibat pergeseran  kemiskinan global dari negara-negara termiskin  ke negara-negara  yang berpenghasilan menengah, maka diperlukan pendekatan baru guna memahami dan mengatasi masalah kemiskinan  ekstrem.

Katanya, ini termasuk  distribusi  yang lebih merata dari  “keuntungan pertumbuhan ekonomi dan belanja publik  bagi warga yang menderita kemiskinan yang kronis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com